Hari ini, Ahad, 7 Desember 2014, kami kembali bersilaturahmi ke rumah uma di desa Sirih Hulu, Kecamatan Kalumpung. Tentu saja sebelumnya kami berziarah ke kuburan abah.

Kuburan abah kami: Syamsul Bahri


Di kampung ini, tidak sama dengan di kota Kandangan misalnya. Ketika waktu zuhur dan ashar, biasanya tidak ada azan dari Langgar Sirih Hulu, langgar Sirajul Mudhiah. Begitu pula hari ini.

Ketika aku tiba di langgar untuk sholat zuhur, ada dua orang di dalam langgar. Satu sudah cukup tua dan satu lebih muda dariku. Mereka sholat sendiri-sendiri. Pak tua mengatakan bahwa ia sudah sholat zuhur, tanpa azan. Sangat disayangkan.

Selepas berwudu, aku pun mengumandangkan azan dengan bantuan mikropon yang ada. Alhamdulillah, ketika sholat zuhur bisa berjamaah. Aku menjadi imam dan di belakangku ada 3 orang, salah satunya masih anak-anak.

Entah apa yg ada di pikiran orang-orang di kampung orangtuaku ini. Memenuhi panggilan azan untuk sholat 5 waktu di langgar dengan cara berjamaah kok susah sekali, terutama zuhur dan ashar. Beda halnya dengan undangan makan-makan selamatan (saruan aruh) misalnya. Orang-orang akan berdatangan walau siang hari, rumah bisa penuh. Tetapi langgar kosong.

Sholat berjamaah zuhur dan ashar memang belum terbiasa di kampung ini. Sebabnya mungkin karena orang-orang yang dituakan (guru agama) juga tidak mengamalkan. Paling-paling jika ada acara maulid atau babacaan menjelang ashar misalnya, barulah sholat zuhur atau ashar berjamaah.

Padahal kalau kita tahu fadhilah sholat berjamaah luar biasa dibanding sholat sendirian. Lalu kalau kita tahu ancaman meninggalkan sholat fardhu berjamaah (tidak memenuhi panggilan azan), alangkah berat resikonya. Bagi masyarakat awam, mungkin dapat dimaklumi karena ketidaktahuan meraka terhadap targhib atau tarhib tentang sholat berjamaah. Tetapi bagi orang yang dianggap sebagai tuan guru?? [wallahu a'lam]

0 Komentar:

Posting Komentar