A Thread:
1. 2019, Wuhan. Dulu saya nggak tau ini tempat apa. Dari namanya kayaknya di Cina. Eh bener, rame beritanya. Katanya orang pada sakit krn virus baru. Serem juga. Nggak lama muncul berita Wuhan lockdown. Katanya kota ditutup. Karena wabah parah. Orang berjatuhan. Kayak di film2. https://t.co/w8M4Ocj6lN
2. Kelelawar. Konon ini virus bermutasi dari kelelawar ke manusia. Kok bisa? Ya bisa, gitu kata berita. Katanya ini krn orang Wuhan makan kelelawar. Okedeh. Percaya. E tapi bukannya di Tomohon Manado orang byk mkn kelelawar, kucing hutan, dll ya? Kok mereka sehat? cantik2 malah.
3. Korona. Rona ini jadi populer. Berita siang malam bahas korona. Sosial media bahas korona. Tetangga bahas korona. Rame berita orang2 disemprotin desinfektan. Ini virus nyebar lewat udara. Wadu... mulai keringet dingin juga ini. Orang batuk dikit langsung saya pelototin.
4. Bali. Ketika korona muncul, saya baru pindah Bali, lagi mulai bisnis kecil2an. Lumayan buat jualan ke turis. Tapi korona bikin Bali mulai sepi. Muncul berita, bule mati di jalan. What?! Gawat ini.
https://t.co/TPvHpRv3K4
5. Masker. Beredar kabar. Karena ini wabah, harus pake masker biar ga ketularan. Nyari masker ke toko pada habis. Kalau ada harga 100 ribu. Wadu. Harus pake hand sanitizer. Nyari di toko, ga ada yg jual. Habis. Baca berita panik. Nonton tv cemas. Liat orang batuk bawaannya emosi.
6. Panik. Menhub positif korona. Indonesia tutup gerbang. Bali tutup bandara. Semua harus di rumah. Ambulan mondar-mandir sejam bisa 5x. Apapun yg mau masuk rumah kami semprot desinfektan. Beli krupuk pun kami semprot dulu. Biar steril.
https://t.co/M2vE2RoRyk
7. 2020, kerja dari rumah. Katanya kita tahan diri dulu, 2 minggu. Penularan cepat. RS terbatas. Harus jaga diri. Oke sepakat. Nakes, garda terdepan, sibuk. Oke sepakat. Eh tapi kok banyak nakes pake APD tiktokan? Buat refreshing katanya. Ya udah, percaya. https://t.co/qXf2gzh6Xm
8. Covid-19. Korona lalu dikasih nama. Mirip nama band. Katanya biar beda dgn korona yg lain. Okelah. Saya cuma orang awam. Nurut aja deh selama demi kebaikan (meski korona yg saya tahu cuma merek bir). Ternyata ada virusnya. Baiklah covid-19, saya patuhi aturan. Tetap di rumah!
9. Di rumah. Sudah lewat 2 minggu. Masih ngga boleh ngapa2in. Seluruh dunia tutup gerbang. Bisnis mulai rontok. Krn saya di Bali, mulai denger kabar Jerink ributin pandemi. "Konspirasi ini!", kata bli Jerink. Hee? Apalagi ini? Sekarang ada dua info, satu berita, satu bli jerink.
10. Ribut2 Jerink. Bli Jerink terus bersuara. Netizen menghina dia. Saya pun ikut kesal sama beliau tadinya. Apa2an sih bikin ribut aja orang lagi susah. Tapi, ada satu kalimat Jerink mengusik saya, "jangan terjebak narasi mainstream media".
11. Mainstream Media. Media utama memang ganjil. Semua satu suara, satu narasi. Tiap hari itung jumlah kasus. Itung jumlah mati. Horror sekali. WHO jadi malaikat. Dokter jadi penyelamat. Nakes garda terdepan. Mari saling bantu, saling empati, harus nurut. Semua narasi sama.
12. Paman saya dokter senior. Lama tak berhubungan, saya mulai buka diskusi dengan paman saya. Nanya tentang pandemi ini, dia bilang "ini memang aneh, kamu yg penting hidup sehat dulu aja, sebisa mungkin jaga diri baik2, kalau harus ke RS, kontak paman dulu". Hmm.. 🤔
13. Tante meninggal divonis covid. Hati saya remuk. Akhirnya pandemi ini sampai ke keluarga. Tapi suara2 di kepala ini sangat mengusik. Intuisi saya berkata ada hal yg aneh. Bukannya makin patuh prokes dan diam di rumah, saya mulai cari informasi alternatif.
Berpikir kritis. Saya mencari tahu, kenapa info seluruh dunia seragam betul? Bahwa ini tentang virus, harus patuh prokes, lalu nanti divaksin. Bentar2, kenapa semua ngomong gitu? Masak iya nggak ada info pembanding? Di titik ini saya mulai bertanya. ... Karena saya percaya bahwa informasi, bahkan narasi sejarah, selalu dikelola oleh mereka yang menang. Kenapa? Karena, mereka yg menang adalah mereka yg menguasai infrastruktur/perangkat informasi. Dan saya percaya, siapa kuasai informasi, ia kuasai masyarakat.
14. Informasi yg seimbang. Saya jenuh dengan narasi utama, maka saya mencari informasi alternatif. Sebagai pembanding. Bukannya lihat youtube, saya lihat bitchute dan rumble. Bukannya pakai google, saya pakai duckduckgo. Bukannya nonton berita tv, saya cari info di deepweb.
15. Follow the money. Untung saya bisa bahasa inggris. Langkah pertama, saya cari tahu, siapa di belakang WHO, siapa di belakang mainstream media dunia, dan siapa di belakang perusahaan2 farmasi penjual vaksin ini.
16. Ternyata, di belakang WHO ada Bill Gates.
https://t.co/IdTLTRmsy5
31/100: Gates is the top donor to @WHO, @CDCgov & all other global health initiatives. @gatesfoundation is the single most influential entity on the planet when it comes to global health strategies & masterplans. Those who receive his money, chant the mantra without hesitance. https://t.co/fqSxmqkASp
17. Lalu, di belakang mainstream media, ada Bill Gates:
https://t.co/YeaQIl8y5E
56/100: Narrative monopolization can only work if Bill Gates also has major mainstream channels in his hands. And these news narratives are homogenized among themselves, critical voices find no place, the credo is: Bill knows where to go and how to find a way out of the crisis. https://t.co/N4WPIYmxq3
18. Lalu, di belakang gerbong vaksinasi ini ada pendonor cihuy bernama... siapa lagi kalau bukan Bill Gates.
https://t.co/4UUeY6WQtE
19. Bill Gates ternyata adalah benang merah yg menarik antara tridente WHO, Media dan Vaksinasi. Oke, disini saya mulai gemas. Rasa penasaran saya berlanjut ke nama tersebut. Saya cari tahu lagi afiliasi dan sepak terjangnya.
20. Gates, erat afiliasinya dgn WEF (World Economic Forum), ajang kongkow2 taipan dunia yg doyan nentuin arah peradaban. Mereka, di 2019, pernah bikin simulasi pandemi global tepat sebelum ada pandemi beneran. Loh, kok bisa? Ya bisa. Horangkaya bebas.
https://t.co/AZjBHWVuZE https://t.co/pZoupZZDt7
21. Jadi, sebelum pandemi, Gates & WEF bikin simulasi pandemi Event 201. Mrk pny skenario klo trjd pandemi, bakal gini gitu. Nah, protokol ini sejalan sama protokol yg dibuat Rockefeller di 2010. Siapa lagi itu Rockefeller? Kok mereka ngerti duluan? 🙄
https://t.co/TEd03dbhg0 https://t.co/jSYbcGjMPU
22. Investigasi saua ttg pandemi ini, selanjutnya fokus ke 2 nama, siapa Bill Gates dan Rockefeller? Kok enak betul mereka bikin prediksi pandemi dan kejadian pula. Mana disuruh pake vaksin yg mereka2 juga investornya. Sebagai manusia normal, wajar saya curiga.
23. Bill Gates, adalah pemilik Microsoft. Pernah disidang di Amerika krn kasus monopoli software dan hardware. Setelah itu, dia bikin yayasan multimilyar dollar pendana inovasi vaksin. Dari dibenci jadi dipuji? Tobat? Apa motifnya ya.. Hmm 🤔
https://t.co/MCGae7EqMj. https://t.co/yyN2ZiA63i
24. Bapaknya dia, Gates Sr, ya horangkaya jg. Bankir + pengacara elit. Salah satu pendiri American Eugenics Society, sebuah organisasi yg bergerak di bidang rekayasa genetika utk kontrol populasi, ras & kelas.
https://t.co/CrCqXavPYR
https://t.co/WN8QbaqFkv
Wait.. what?? 🤯
25. Jadi, bapaknya pendiri yayasan yg doyan rekayasa genetika, anaknya pendana terbesar pembuat vaksin? Hmm.. nalar orang awam macam saya sih bilang ini lampu kuning. Hati2... hati2... mesti cari tahu.
Lalu, apa hubungan mereka sama Rockefeller. Firasat saya ni orang sakti ini.
26. Rockefeller memang orang sakti. Gimana nggak sakti, 1/ dia taipan minyak pertama di Amerika 2/ dia memonopoli minyak, petrokimia dan farmasi 3/ dia pendana dan inisiator kurikulum sekolah kedokteran modern dunia.
https://t.co/KGJKBVxPbh ... Karena saya percaya bahwa informasi, bahkan narasi sejarah, selalu dikelola oleh mereka yang menang. Kenapa? Karena, mereka yg menang adalah mereka yg menguasai infrastruktur/perangkat informasi. Dan saya percaya, siapa kuasai informasi, ia kuasai masyarakat.
14. Informasi yg seimbang. Saya jenuh dengan narasi utama, maka saya mencari informasi alternatif. Sebagai pembanding. Bukannya lihat youtube, saya lihat bitchute dan rumble. Bukannya pakai google, saya pakai duckduckgo. Bukannya nonton berita tv, saya cari info di deepweb.
15. Follow the money. Untung saya bisa bahasa inggris. Langkah pertama, saya cari tahu, siapa di belakang WHO, siapa di belakang mainstream media dunia, dan siapa di belakang perusahaan2 farmasi penjual vaksin ini.
16. Ternyata, di belakang WHO ada Bill Gates.
https://t.co/IdTLTRmsy5
31/100: Gates is the top donor to @WHO, @CDCgov & all other global health initiatives. @gatesfoundation is the single most influential entity on the planet when it comes to global health strategies & masterplans. Those who receive his money, chant the mantra without hesitance. https://t.co/fqSxmqkASp
17. Lalu, di belakang mainstream media, ada Bill Gates:
https://t.co/YeaQIl8y5E
56/100: Narrative monopolization can only work if Bill Gates also has major mainstream channels in his hands. And these news narratives are homogenized among themselves, critical voices find no place, the credo is: Bill knows where to go and how to find a way out of the crisis. https://t.co/N4WPIYmxq3
18. Lalu, di belakang gerbong vaksinasi ini ada pendonor cihuy bernama... siapa lagi kalau bukan Bill Gates.
https://t.co/4UUeY6WQtE
19. Bill Gates ternyata adalah benang merah yg menarik antara tridente WHO, Media dan Vaksinasi. Oke, disini saya mulai gemas. Rasa penasaran saya berlanjut ke nama tersebut. Saya cari tahu lagi afiliasi dan sepak terjangnya.
20. Gates, erat afiliasinya dgn WEF (World Economic Forum), ajang kongkow2 taipan dunia yg doyan nentuin arah peradaban. Mereka, di 2019, pernah bikin simulasi pandemi global tepat sebelum ada pandemi beneran. Loh, kok bisa? Ya bisa. Horangkaya bebas.
https://t.co/AZjBHWVuZE https://t.co/pZoupZZDt7
21. Jadi, sebelum pandemi, Gates & WEF bikin simulasi pandemi Event 201. Mrk pny skenario klo trjd pandemi, bakal gini gitu. Nah, protokol ini sejalan sama protokol yg dibuat Rockefeller di 2010. Siapa lagi itu Rockefeller? Kok mereka ngerti duluan? 🙄
https://t.co/TEd03dbhg0 https://t.co/jSYbcGjMPU
22. Investigasi saua ttg pandemi ini, selanjutnya fokus ke 2 nama, siapa Bill Gates dan Rockefeller? Kok enak betul mereka bikin prediksi pandemi dan kejadian pula. Mana disuruh pake vaksin yg mereka2 juga investornya. Sebagai manusia normal, wajar saya curiga.
23. Bill Gates, adalah pemilik Microsoft. Pernah disidang di Amerika krn kasus monopoli software dan hardware. Setelah itu, dia bikin yayasan multimilyar dollar pendana inovasi vaksin. Dari dibenci jadi dipuji? Tobat? Apa motifnya ya.. Hmm 🤔
https://t.co/MCGae7EqMj. https://t.co/yyN2ZiA63i
24. Bapaknya dia, Gates Sr, ya horangkaya jg. Bankir + pengacara elit. Salah satu pendiri American Eugenics Society, sebuah organisasi yg bergerak di bidang rekayasa genetika utk kontrol populasi, ras & kelas.
https://t.co/CrCqXavPYR
https://t.co/WN8QbaqFkv
Wait.. what?? 🤯
25. Jadi, bapaknya pendiri yayasan yg doyan rekayasa genetika, anaknya pendana terbesar pembuat vaksin? Hmm.. nalar orang awam macam saya sih bilang ini lampu kuning. Hati2... hati2... mesti cari tahu.
Lalu, apa hubungan mereka sama Rockefeller. Firasat saya ni orang sakti ini.
26. Rockefeller memang orang sakti. Gimana nggak sakti, 1/ dia taipan minyak pertama di Amerika 2/ dia memonopoli minyak, petrokimia dan farmasi 3/ dia pendana dan inisiator kurikulum sekolah kedokteran modern dunia.
https://t.co/KGJKBVxPbh 27. Sejak Rockefeller turun tangan, kurikulum kedokteran nggak lagi berpusat pada kesehatan, tetapi lebih ke pengobatan. Lalu, siapa yg jualan obatnya, ya Rockefeller lagi. Sakti betul kawan ini... lalu apa hubungan Rockefeller & Gates? Rockefeller adl investor proyek2 Gates. 🤯
28. Jadi, nalar orang awam macam saya, melihat koneksinya sbb: Rockefeller memonopoli bidang kesehatan, Gates yg kesengsem sama rekayasa genetika berkecimpung di dunia vaksinasi. Hhhmmm... ini sih bukan lampu kuning lagi. Ini lampu merah ini. Harus duduk dan merenung.
29. Lalu, mereka berdua udah beberapa kali bikin simulasi pandemi. Yg end game nya selalu vaksinasi. Nalar orang awam bertanya dong.. jangan2 pandemi ini nggak natural? Jangan2 pandemi ini ada udang di balik vaksin? Nah... riset saya berlanjut lagi.
30. Saya orang awam, modal cuma hp dan kuota. Tapi saya nggak berhenti melakukan riset. Fase berikut riset saya adalah seputar pandemi ini sendiri. Saya mempertanyakan validitas narasi utama: bahwa ini ttg virus, nular, lalu perlu vaksin. No, saya nggak mau gampang percaya.
31. Pake vpn dan browser duckduckgo, saya sampai ke website bichute dan nemuin film dokumenter yg ngga akan kalian temukan di youtube. Bahkan link-nya aja di twitter ngga boleh diclick. Kalau mau nonton mending copy link dan paste di browser duckduckgo.
https://t.co/i2KRMEmEwc
32. Inti dari dokumenter tersebut, ada investigasi independen yg menemukan hubungan antara departemen kesehatan Amerika & Cina, yg lakukan pengembangan virus. Di sisi lain perusahaan farmasi udah nyiapin vaksinnya. Walah... bener atau enggaknya belum tau. Tapi saya riset terus.
33. Riset bego saya sampai ke artikel ini. Intinya, virusnya sendiri yg jadi penyebab pandemi ini masih dalam perdebatan (what?!?). Nalar awam saya bertanya dong. Lalu, apa yg bikin orang pada sakit hingga tante saya sendiri meninggal dan divonis covid?
https://t.co/JsRI8dCbAD https://t.co/QFAG1HofdC
34. Dan, kalau memang benar virusnya sendiri masih dalam pencarian, itu vaksin kok bisa udah ada duluan?
https://t.co/oJKUE7MEDG
35. Terus terang saya bingung sendiri dgn temuan saya. Karena, pertanyaan jadi tambah banyak. Semisal 1/yg pada sakit itu, penyebabnya apa? 2/ kasus kopit itu valid apa enggak? 3/ alat tesnya reliable nggak? 4/ prosedur pengobatan bener nggak? 5/kok udah ada aja vaksinnya?
36. Jadi sakit karena apa? kecurigaan saya (silahkan riset sendiri) disebabkan oleh (mungkin) kombinasi horornya pemberitaan media, plus pengobatan yg tak tepat, plus mungkin ya krn virus. Dokter sendiri msh debat, mereka bener2 meneliti atau cuma ikut WHO sih? Entahlah. https://t.co/Dp95VHxV2l
37. Lalu tes kopit itu valid apa enggak? Dalam pencarian, saya menemukan video ini. Ternyata ya emang kalibrasi alatnya sendiri mesti diperhatikan, kalau enggak jadi banyak yg positif, padahal nggak sakit. Gimana? Hufftt.. 🤷🤷♂️🤷🏻♂️ https://t.co/kEtuPn9dgG
38. Skrg ttg masker & testing. Grup peneliti di Spanyol bilang klo masker & alat tes byk mengandung bahan yg berbahaya. Lah jadi makin di tes makin banyak yg bisa positif? Ini gimana sih, Indonesia punya investigasi sendiri ga?
https://t.co/CoXjytQxqv
https://t.co/VBidpQiKyO https://t.co/mpYPkakuCN
39. Tentu saya semakin skeptis dengan narasi utama seputar pandemi ini. Hampir semua dokter, media besar, pemerintah, hingga influencer Indonesia dan dunia, sejalan dgn WHO. Sementara riset pribadi saya di luar itu, menemukan informasi yg sebaliknya. Wajar saya curiga.
40. Paparan ini pernah saya diskusikan dgn paman saya yg juga dokter senior. Dia cm bilang "penyakit muncul krn badan menolak racun. Kamu jaga kesehatan saja, makan minum istirahat cukup, jaga kebersihan, perbanyak asupan non kimia olahan". Ttg pandemi ini dia menolak komen. 🤔.
41. Di tengah skeptisisme saya sebagai orang awam, tiba2 muncul hentakan baru: "Ayo vaksin!".
Loh loh loh. Bentar dulu dong. Yang tadi aja belum jelas, kok udah vaksin2 aja? Gimana ini?
Selanjutnya, riset saya beralih ke masalah yg lebih seru: fakzin. 42. Berdasarkan temuan saya ttg relasi rockefeller dan gates, wajar dong saya curiga banget sama vaksin2an ini. Plus, vaksin seperti dipaksakan. Buat travelling, buat kerja, sekolah, dll. Bentar2 dulu dong bos...
https://t.co/WS9pMJO5bj
43. Saya bukan antivax. Dari bayi vaksinasi saya lengkap. Tapi untuk yg ini, saya menahan diri dulu. Alasannya sederhana. 1/ pandeminya aja saya curiga 2/ belum setahun kok udah ada vax? 3/ efek jangka panjangnya gimana? 4/ kalau saya sampai sakit krn ini vax, siapa nanggung?
44. Bermodal hp dan kuota, suatu hari saya sampe ke video ini, dimana ada fenomena pada sejumlah orang yg udah divaksin, titik bekas suntiknya jadi magnet. Hmm.. nenek2 buta huruf juga ngerti kalo badan jadi magnet, PASTI ANEHLAH!
https://t.co/65xCXC7qtz
45. Lalu searching di google (mainstream media) bentar tentang fenomena ini, udah ada yg klaim itu fake. Kalaupun emang jadi magnet, itu wajar. Wait, what?? Haloo sejak kapan jadi magnet itu wajar? Nalar awam saya menolak.
https://t.co/bdm3gucCpK
46. Tidak susah mencari info tentang efek magnet ini. Lagi2 grup peneliti Spanyol, La Quinta Collumna membeberkan analisa mereka, bahwa ada bahan yg diduga menyebabkan efek ini. Bahan itu adalah (lih gbr) yg bereaksi pada temperatur tertentu.
https://t.co/bO7fFDlAJ2 https://t.co/9xwHzeLNKW
47. Dalam analisa mereka, bahan tsb aktif kalau temperaturnya sesuai suhu badan. Hmm..
jadi ingat, dulu banyak berita bahwa vaks ini disimpan di suhu minus sekian derajat celcius. Disimpan di suhu beku biar bahannya ga aktif kali ya.. hmm. 🤔
https://t.co/Q9zLgERPHg
Kata La Quinta Collumna (https://t.co/CoXjytQxqv), bahan itu adlh graphene. Tapi tentu saja kalau searching pake mainstream media ttg isu ini, udah ada factcheckernya, hoax katanya. Hmm... baiklah. Tapi saya terlanjur penasaran. Boleh dong cari tau..
https://t.co/z6edOz16R6
48. Apa itu graphene? Intinya, dia bahan olahan karbon yg super ringan, super lentur, super kuat. Guna utama buat produk elektronik, telekomunikasi, sampe DNA squencing. Lengkapnya di link ini.
https://t.co/UU4elk8GAC https://t.co/ER0xBSOWlK
49. Riset2 lagi tentang bahan ini, saya sampai di tweet ini. Lihat ada koneksi vaxx, bahan ini, dan "bio-hacking". Apa2an itu?? Lalu muncul lagi World Economic Forum?? Wait.. what?
https://t.co/NHPhlX2I22
MGO (magnetic graphene oxide) and other remotely bio-hacking gene delivery platforms, incl. graphene-based third strand DNA, make this illustration "old".
The Great Reset is a Human Reset into what WEF calls, "Borg".
Note: fertility management device
https://t.co/iU9Xa3fDB4 https://t.co/o2WwYs7ybb
50. WEF lagi WEF lagi. Makin dalam riset, makin saya kembali ke geng horangkaya ini. Okelah. Fakta 1/ WEF partner PBB 2/Rockefeller adl orang penting dibalik pementukan PBB 3/ WEF-PBB pnya agenda 2030 yaitu integrasi manufaktur, tenaga kerja digital. 🤔
https://t.co/ZIWk1lMl6I https://t.co/4bQM14pjyQ
51. Jadi WEF-PBB punya proyek revolusi industri 2030 dimana integrasi fisik dan digital akan dilakukan dalam kerangka kerja "Internet of Bodies". Hedeh... badan diinternetkan? Badan jadi wifi gitu? Apa badan jadi antena? Hedeh hedeh..
https://t.co/dhpM4c0MeQ
Internet of Bodies (IoB)- Using CRISPR to electrically connect with and control the genome
https://t.co/jhR6HDmTnT
52. Makin pusing sama riset sendiri. Saya coba hubungkan beberapa hal. 1/ konon ada bahan graphene di waksin 2/ graphene bahan buat elektronik 3/ WEF-PBB punya proyek Internet of Bodies. Simpulkan sendiri deh. Saya nggak berani terlalu jauh. Meskipun ini ngeri2 sedap. https://t.co/SrzsYUbUWd
53. Akhirnya, sblm mengakhiri thread ini, saya berharap Pemerintah, kalau masih punya hati.. tolonglah investigasi lagi seputar pandemi ini. Jgn cuma ngikut WHO. Bentuklah tim independen 50% pengikut narasi utama 50% pengikut narasi alternatif. Ini tentang nasib bangsa lho. 54. Di luar sana terlalu banyak info2 yg perlu diklarifikasi lagi. Katanya kita bangsa besar, katanya banyak orang pinter, ayolah jgn cuma membeo, kita investigasi lagi secara independen biar objektif. Jangan asal bikin aturan. Kami ini manusia, bukan binatang.
55. Buat masyarakat, ayo lebih kritis lagi mikir. Katanya melek teknologi, katanya open minded, ya jangan gampang marah sama perbedaan pendapat, kita ngobrol, diskusi jangan cuma ngandelin google. Kita manusia, mereka mesin, ayo pake nalar dan nurani.
56. Buat yg menolak narasi utama, ayo berkomunitas, berkumpul, kita bentuk jalur komunikasi buat menyatukan gerakan. Jangan jalan sendiri2. Kita tahu ada kebenaran yg perlu diungkapkan, mari satukan pergerakan. Ga perlu mendebat mereka yg berbeda, jgn mau dipecah belah.
57. Akhir kata, semoga perjuangan ini masih diberi jalan. Terus berusaha, berdoa, hidup sehat, dan jangan menyerah. Masih ada jalan. 💪
0 Komentar:
Posting Komentar