Dulu orang menyamakan antara hasil penginderaan dengan sains. Ternyata meski sekilas sama, keduanya seringkali berlawanan.
Contohnya ketika Allah SWT bercerita tentang fatamorgana di surat An-Nur. Indera kita mengira di kejauhan itu ada air, ternyata fakta saintifik membuktikan airnya tidak pernah ada. Itu hanya fatamorgana.
Indera kita tertipu, tapi sains modern kemudian menjelaskan proses terjadinya fatamorgana itu.
Sebenarnya ayat itu hanya perumpamaan buat orang kafir yang mengira banyak amalnya, padahal amalnya itu bagaikan fatamorgana. Ilusi bahkan delusi. Inderanya tertipu oleh keterbatasan fisik manusia.
Fenomena pelangi yang melengkung di langit, indera kita melihatnya seolah benda padat yang bisa disentuh bahkan jadi semacam tangga naik turun bidadari dari langit. Padahal begitu didekati, memang tidak ada wujud fisiknya.
Lagi-lagi indera kita tertipu.
Ketika sendok kita celupkan ke dalam gelas berisi air bening, nampak di mata bahwa sendok itu seolah jadi bengkok. Padahal nyata sendok itu tetap lurus dan tidak bengkok.
Lagi-lagi indera kita punya keterbatasan dan mudaj tertipu.Namun bisa dijelaskan dengan mudah dan sederhana oleh sains.
Karena begitu mudahnya indera penglihatan kita tertipu oleh berbagai fenomena alam, maka kita simpulkan bahwa indera kita itu punya banyak sekali keterbatasan. Sehingga tidak bisa sepenuhnya diandalkan dalam segala hal.
oOo
Peranan sains kemudian menciptakan alat-alat bisa mengetahui hal-hal yang tidak bisa ditangkap oleh indera kita.
Beberapa bagian dari kulit kita memang peka, bisa merasakan suhu tubuh orang meski sangat subjektif. Maka tugas mengukur suhu diambil alih oleh thermometer yang lebih akurat. Itu adalah alat hasil produk sains.
Pendengaran kita punya ambang batas terbawah dan teratas. Suara dengan panjang gelombang di dua ambang batas itu bisa kita dengar pakai telinga. Tapi di luar itu, telinga kita punya keterbatasan.
Maka diciptakan alat yang bisa mengirimkan dan menangkap frekuensi di luar ambang batas telinga manusia.
Radio adalah contoh mudah alat yang bisa menangkap frekuensi itu. Radio itu lalu mengubahnya menjadi frekuensi yang mampu didengar telinga manusia.
Radio itu hasil produk sains.
Dan kalau mau contoh yang lebih lengkap adalah instrumen di kokpit pesawat terbang.
Ketika pilot menerbangkan pesawat di malam hari, indera penglihatan terbatas. Untungnya ada instrumen itu dipasang. Ada kompas, GPS, radar, dan banyak 'mainan' lainnya.
Dengan semua perangkat itu, alat pengindera pilot yang terbatas itu bisa digantikan, sehingga dia jadi tahu arah pesawat, koordinat, lokasi, kecepatan, ketinggian, suhu, arah angit, dan seterusnya.
Tidak terbayang seandainya ada pilot menerbangkan pesawat tanpa alat dan hanya dengan mengandalkan penglihatan mata telanjang saja. Bisa nabrak gunung, gedung atau nyungseb di air laut.
Disitu peranan sains sudah tidak bisa terbantahkan lagi.
oOo
Sayangnya, ketika alat-alat sains yang sudah sebegitu canggihnya ditemukan dalam sejarah peradaban manusia, dunia Islam justru lagi terpuruk.
Benar bahwa umat Islam punya ahli sains di masa lalu, namun eranya jauh lebih ke belakang lagi.
Nama-nama seperi Ibnu Sina, al-Kindi, Al-Farabi, Al-Khawarizmi dan sederetannya itu tidak sezaman dengan berbagai penemuan alat-alat sains modern.
Bukan berarti ingin mengecilkan peranan sarjana dan ilmuwan muslim, namun faktanya memang demikian. Kita harus jujur apa adanya.
Semua penemuan sains modern itu terjadinya bukan di negeri Islam, tapi terjadi di Barat sana, beriringan dengan masa revolusi industri di Inggris.
Makanya wajar kalau para ulama muslim hari ini tidak terlalu update dengan semua alat-alat sains modern itu. Sebab mereka berada di wilayah yang tidak tepat, di dunia yang terbelakang dari sisi sains modern.
Mereka harus kita akui rada kurang nyambung dengan perkembangan sains modern. Kecuali hanya pada wilayah yang amat terbatas sekali. Itu pun hanya sebatas pada segelintir ulama tertentu saja.
Selebihnya mereka benar-benar gaptek dan gabut dengan sains dan peralatan modern. Bahkan anehnya,masih banyak yang justru memusuhi sains, seolah sains itu adalah musuh agama yang wajib diperangi.
oOo
Sebenarnya kalau umat Islam secara keseluruhan pastinya menerima fakta-fakta kebenaran sains. Suka atau tidak suka, sadar atau tidak sadar.
Hanya saja yang sering jadi penghambat justru malah di sisi para tokoh agamanya. Mereka ini rada-rada mentok dengan ilmu sains.
Serasa nonton film jadul The God Mustbe Crazy jilid 1 dan 2. Bedanya, film itu kan cuma parodi, lagian terjadinya di suku terasing antah berantah.
Sementara yang kita alami sekarang ini parahnya minta ampun. . .
https://www.facebook.com/100000219936471/posts/4997073770309905/
0 Komentar:
Posting Komentar