Saya heran kenapa di showroom penjualan mobil banyak dipasang para SPG. Mungkin logikanya biar mobilnya cepat laku, perlu ada wanita-wanita dengan penampilan seronok.
Saya tidak paham logika macam itu. Sebab saya sendiri justru sangat menghindari kalau beli mobil, atau minimal pura-pura beli mobil, kok dilayani sama SPG.
Bukan masalah mereka cenderung berpakaian mini, terbuka aurat dan tidak pakai kerudung. Masalahnya bukan kerudungnya, tapi apa yang ada di balik kerudung mereka, alias isi otak mereka.
Walaupun tiap hari melayani calon pembeli, namun yang saya dapatkan sama saja, yaitu mereka banyak mentok begitu saya ajukan beberapa pertanyaan yang rada njelimet.
Dalam pandangan saya, wawasan mereka tentang mobil yang mereka jual itu minim sekali. Dan setahu saya, para SPG itu sendiri dalam kesehariannya tidak pernah nyetir mobil sendiri. Bahkan juga tidak pernah memiliki mobil yang mereka jual.
Buat saya, percuma saja bertanya ini itu kepada SPG. Mereka cuma bilang aaaa atau uuuu atau iiiii, sambil geleng-geleng kepala tanda tidak paham.
oOo
Itulah pengalaman saya. Tahun 2009 ketika saya mau beli mobil ke salah satu showroom mobil, tanpa menyebut merk nih, dari 10 pertanyaan yang saya ajukan ke SPG, dia hanya bisa jawab 2 pertanyaann saja. Itu pun jawabnya ragu-ragu.
Maka saya putuskan untuk pulang saja, tidak jadi beli mobil disitu. Dan di rumah saya malah googling cari-cari sendiri informasi tentang mobil yang saya inginkan.
Namun googling zaman segitu juga belum bisa memberi sesuatu yang berarti. Belum ada Fitra Eri, Ridwan Hanif atau Om Mobi waktu itu. Jadi tidak ada orang yang bisa bikin ulasan dan analisa serta sharing pengalaman memiliki mobil yang saya akan beli.
Akhirnya saya ke showroom mobil lagi, tapi yang bukan yang awal. Kali ini kebetulan saya dilayani bukan oleh SPG, tapi petugas laki-laki yang banyak paham tentang mobil.
Dari sepuluh pertanyaan yang saya ajukan, semua dijawab dengan wawasan yang amat luas. Bahkan yang tidak terbersit di kepala saya untuk saya tanyakan, dia menawarkan : Apakah Bapak mau tanya tentang ini dan itu?
Wah, mantab juga nih pegawai. Dan saat itu juga saya bilang ok deal saya beli mobil ini.
oOo
Saya sendiri bukan orang yang terlalu awam dengan mobil. Sejak masih SMP saya suka mencuri-curi kunci kontak mobil milik ayah saya untuk coba saya jalankan di halaman rumah.
Kebetulan waktu itu ada sopir keluarga yang sering ngobrolin mobil dengan saya. Sopir itu kaya pengalaman nyetir ke berbagai tempat, termasuk juga rada paham urusan mesin mobil.
Sehingga seringkali saya juga diajak bongkar-bongkar mesin, minimal jadi asistennya. Di zaman masih SMP itu kalau cuma ganti ban pakai dongkrang, sudah sering saya lakukan. Apalagi cuma memarkir mobil, memanaskan mesin dan juga mencucinya.
Kalau pas mobil ayah saya rusak harus masuk bengkel, saya pun ikutan masuk bengkel dan ngobrol banyak dengan para mekanik disana.
Makanya ketika saya dewasa dan mampu beli mobil sendiri, saya sudah paham kriteria memilih mobil. dengan berbagai pertimbangan dan kebutuhan saya. Makanya itu, kalau beli mobil, pertimbangan saya cukup banyak. Dan banyak informasi yang saya perlukan dari seorang SPG.
Sayangnya SPG nya cuma menang tampang saja, begitu dieksplorasi lebih jauh, nggak ada ilmunya. Disitu saya merasa sedih.
oOo
Dakwah Islam itu punya kemiripan dengan peran seorang sales dalam menjual mobil di showroom. Jangan dikira semua calon pembeli itu orang awam semua, yang mudah ditipu dengan penampilan kece SPG nya.
Calon pembeli itu banyak juga yang cerdas dan paham tentang mobil. Dan ketika menimbang-nimbang mau beli mobil baru, pastilah dia akan bertanya ini dan itu secara teknis yang lebih detail.
Kalau hanya dilayani oleh SPG cewek-cewek lenje kayak gitu, yah pastilah mereka nggak akan bisa menjawab. Dan bisa batal transaksinya.
Mengajarkan agama Islam hari ini tidak cukup hanya mengurusi fisik semata. Tapi juga perlu kematangan dalam menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Sebab jamaah kajian hari ini sudah pada cerdas, mereka mulai bisa memilah dan memilih mana-mana nara sumber yang berisi ilmu dan mana yang menang kontes kecantikan saja.
oOo
Sebagian jamaah ada yang mengeluhkan bagaimana cara membedakan nara sumber yang punya ilmu dengan yang tidak punya ilmu.
Biasanya saya jawab dengan sederhana, coba tanyakan latar belakang pendidikan agamanya, baik yang formal atau non-formal. Nanti akan ketahuan dengan mudah dari mengetahui latar belakang pendidikanya.
Namun ada juga cara lain yang lebih mudah dan sederhana. Mintakan kepada nara sumber itu judul-judul kajian untuk setahun alias 52 minggu. Syaratnya harus runut dan runtut, tidak tumpang tindih dan tidak dibolak-balik.
Namun bukan hanya judul saya, perlu juga dilengkapi dengan kisi-kisi dari masing-masing judul itu. Coba kasih waktu seminggu untuk setor judul-judul itu. Kira-kira bisa nggak si calon narasumber itu bikin silabus pengajiannya sendiri.
Kalau dia orang yang berilmu, maka bikin silabus kajian akan dengan mudah dituliskan, dengan detail dan urut lengkap dengan kisi-kisinya.
Dari silabus yang dia tuliskan itu saja kita dengan mudah bisa mengenali dan menebak isi kepalanya.
Sesederhana itu sih . . .
https://www.facebook.com/100000219936471/posts/4999435583407057/
0 Komentar:
Posting Komentar