Tadi malam adalah malam ketiga jamaah itikaf ada di Langgar Sirajul Mudhiah desa Sirih Hulu Kecamatan Kalumpang. Apabila pada dua malam sebelumnya sehabis maghrib jamaah itikaf memberikan bayan atau pembicaraan pentingnya iman amal shaleh pada jamaah sholat maghrib, kali ini tidak. Sebabnya sehabis maghrib setiap malam Jumat di Langgar Sirajul Mudhiah Sirih Hulu sudah rutin diadakan majelis talim masail atau mudzakarah masail. Guru yang mengisi adalah Guru Syamsul Bahri, yang tidak lain adalah ayah saya sendiri.
Materi bahasan mudzakarah tadi malam adalah seputar rukun wajib daripada sholat atau sembahyang yang berjumlah 13. Selain itu, guru Syamsul Bahri juga sedikit menyinggung tentang amalan atau kegiatan yang dilakukan oleh jamaah itikaf dakwah tabligh. Guru Syamsul Bahri menyampaikan bahwa sampean-sampean ini (yaitu jamaah itikaf) insya Allah termasuk dalam ahli surga. Beliau menyitir tentang kisah Harun ar Rasyid yang mengaku ahli surga. Dari apa yang pernah saya baca sendiri, Khalifah Harun ar Rasyid suatu ketika pernah bertengkar/beda pendapat dengan istrinya. Puncak dari pertikaian itu adalah dari mulut Harun ar Rasyid terucap kalimat, "Engkau sudah ku talak seandainya aku bukan ahli surga".
Kembali ke pemaparan guru Syamsul Bahri, setelah terucap pengakuan bahwa dirinya sebagai ahli Surga, Harun ar Rasyid merasa bersalah, padahal dia tidak tahu apakah ia ahli surga atau belum. Perasaan bersalah dan menyesal akhirnya membuatnya tidak menggauli istrinya. Bukan satu hari atau dua hari, tetapi hingga 39 hari lamanya.
Pada hari ke 40 atau setelah 40 hari lamanya tidak menggauli istrinya, Harun ar Rasyid memanggil ulama dan menerangkan kejadian dan perbuatan yang ia lakukan hingga tidak menggauli istrinya sekian hari lamanya. Harun ar Rasyid bertanya bagaimana apakah ia memang ahli surga atau bagaimana?
Ulama yang dipanggil mengiyakan, bahwa memang beliau (Harun ar Rasyid) termasuk ahli surga. Ulama menyitir ayat al Quran pada surat an Naziat ayat 40 - 41 :
"Dan adapun orang-orang
yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya,"
maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). "
Maka, berdasarkan kisah Harun Ar Rasyid dan ayat Al Quran tersebut diatas, Guru Syamsul Bahri berpikiran positif bahwa jamaah itikaf termasuk dari pada ahlul jannah. Bapak-bapak yang ikut jamaah itikaf entah sudah berapa puluh hari menahan nafsu bergaul dengan istri dengan cara meninggalkan istri untuk ikut program itikaf. Untuk diketahui dalam jamaah itikaf ini ada yang meluangkan masa 40 hari dan ada yang 4 bulan. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dengan tingkat kemampuan berbeda. Salah seorang adalah Bapak dari Sangata yang jauh-jauh bergabung dengan mobil pribadinya yang kelihatan masih baru, merk HONDA. Sebagai orang yang mampu (baca: kaya), tentunya itikaf juga salah satu tarbiyah tersendiri, misalnya kalau di rumah atau di jalan bisa beli makan mahal dan lezat, maka selama itikaf makan sehari-hari tergantung situasi di tempat itikaf, yang hampir dapat dipastikan sederhana (dan makan bareng lagi, red).
Tidak disangka pikiran yang ada di benak abah sampai ke situ sudah, semoga Allah SWT memilih beliau untuk sama-sama memperbaiki diri di jalan dakwah.
Materi bahasan mudzakarah tadi malam adalah seputar rukun wajib daripada sholat atau sembahyang yang berjumlah 13. Selain itu, guru Syamsul Bahri juga sedikit menyinggung tentang amalan atau kegiatan yang dilakukan oleh jamaah itikaf dakwah tabligh. Guru Syamsul Bahri menyampaikan bahwa sampean-sampean ini (yaitu jamaah itikaf) insya Allah termasuk dalam ahli surga. Beliau menyitir tentang kisah Harun ar Rasyid yang mengaku ahli surga. Dari apa yang pernah saya baca sendiri, Khalifah Harun ar Rasyid suatu ketika pernah bertengkar/beda pendapat dengan istrinya. Puncak dari pertikaian itu adalah dari mulut Harun ar Rasyid terucap kalimat, "Engkau sudah ku talak seandainya aku bukan ahli surga".
Kembali ke pemaparan guru Syamsul Bahri, setelah terucap pengakuan bahwa dirinya sebagai ahli Surga, Harun ar Rasyid merasa bersalah, padahal dia tidak tahu apakah ia ahli surga atau belum. Perasaan bersalah dan menyesal akhirnya membuatnya tidak menggauli istrinya. Bukan satu hari atau dua hari, tetapi hingga 39 hari lamanya.
Pada hari ke 40 atau setelah 40 hari lamanya tidak menggauli istrinya, Harun ar Rasyid memanggil ulama dan menerangkan kejadian dan perbuatan yang ia lakukan hingga tidak menggauli istrinya sekian hari lamanya. Harun ar Rasyid bertanya bagaimana apakah ia memang ahli surga atau bagaimana?
Ulama yang dipanggil mengiyakan, bahwa memang beliau (Harun ar Rasyid) termasuk ahli surga. Ulama menyitir ayat al Quran pada surat an Naziat ayat 40 - 41 :
maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). "
Maka, berdasarkan kisah Harun Ar Rasyid dan ayat Al Quran tersebut diatas, Guru Syamsul Bahri berpikiran positif bahwa jamaah itikaf termasuk dari pada ahlul jannah. Bapak-bapak yang ikut jamaah itikaf entah sudah berapa puluh hari menahan nafsu bergaul dengan istri dengan cara meninggalkan istri untuk ikut program itikaf. Untuk diketahui dalam jamaah itikaf ini ada yang meluangkan masa 40 hari dan ada yang 4 bulan. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dengan tingkat kemampuan berbeda. Salah seorang adalah Bapak dari Sangata yang jauh-jauh bergabung dengan mobil pribadinya yang kelihatan masih baru, merk HONDA. Sebagai orang yang mampu (baca: kaya), tentunya itikaf juga salah satu tarbiyah tersendiri, misalnya kalau di rumah atau di jalan bisa beli makan mahal dan lezat, maka selama itikaf makan sehari-hari tergantung situasi di tempat itikaf, yang hampir dapat dipastikan sederhana (dan makan bareng lagi, red).
Tidak disangka pikiran yang ada di benak abah sampai ke situ sudah, semoga Allah SWT memilih beliau untuk sama-sama memperbaiki diri di jalan dakwah.
0 Komentar:
Posting Komentar