Pagi ini kembali saya mengomentari satu postingan milik seorang guru yang bertugas di Jakarta," Om jay, ane tunggu kiriman nya yg dijanjikan #maaf nih nagih terus   '. Pasalnya, kiriman softcopy bahan pelatihan yang dijanjikan hinga hari ini 5 Februari 2013 belum juga saya terima. Saya pikir hal yang sama juga dialami oleh peserta Pelatihan Menulis Untuk Guru lainnya. Padahal lebih dua bulan sudah janji itu diucapkan di hadapan para peserta yang notebene nya adalah para guru. Guru yang mesti digugu dan ditiru.

menagih janji
sumber foto: ikanmasteri.com


Entah sudah kali yang ke berapa saya menagih janji Omjay melalui facebook. Baru-baru ini saja saya menyampaikannya melalui komentar yang bisa dilihat banyak orang. Sebabnya sudah sering saya sampaikan lewat japri (jalur pribadi) dengan inbox/pesan alias chatting di facebook dengan tidak ada hasil yang signifikan. Omjay seolah larut dan sibuk dengan banyak kegiatannya sehingga mungkin lupa janji. Oleh karena nya saya harus sering-sering mengingatkan.

Ada pengalaman yang mesti saya jadikan pelajaran atas hal ini. Yakni tentang ucapan dan janji yang biasanya sering kita ucapkan dengan entengnya. Tapi giliran merealisasikan janji itu yang acapkali sulit. Oleh karenanya, amanat yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini adalah agar kita jangan mudah berucap berjanji apabila tidak disertai dengan keinginan yang kuat (azzam) untuk mewujudkan janji-jani yang diucapkan itu. Janji itu adalah hutang! Hutang jika tidak kita bayar, maka bisa menjadi penghalang kita masuk surga, demikian inti salah satu hadits Rasulullah SAW.

Aktifitas yang banyak dan menguras banyak waktu tidak bisa menjadi alasan untuk menghindar dari kewajiban menunaikan janji. Itulah juga amanat yang hendak saya sampaikan melalui komentar dan pesan inbox saya kepada Omjay. Dan semoga semua kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang kita alami di kehidupan dunia yang sementara ini. Yang dengannya kita dapat berbuat lebih baik lagi agar selamat dunia akhirat. Amin


3 Komentar: