Sekolah memerlukan standar yang lebih ketat untuk apa siswa belajar dan seberapa baik mereka belajar? Apakah skor dan nilai tes sudah mengukur seberapa baik ketercapaian siswa? Apa yang akan dipelajari oleh siswa? Dan seberapa penting pengetahuan itu diperlukan untuk masa depannya?

anak pusang
Hasil tes terakhir TIMSS (Third International Mathematics and Science Study) yang dirilis tahun 1998 oleh National Center for Education Statistik (NCFS), mengungkap bahwa kemampuan siswa kelas 12 adalah yang terendah dari seluruh negara yang berpartisipasi pada ajang tersebut. Hasil ini dan hasil ujian lainnya yang relatif rendah, memberikan catatan bahwa pendidikan Amerika perlu perbaikan yang signifikan dibanding negara maju lainnya di dunia.

Sampai sekarang, standard yang baik telah dikembangkan atau sedang dikembangkan pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, metematika, IPA, IPS, seni, kewarganegaraan, bahasa, kesehatan, studi perilaku, keterampilan dan sebagainya. Dan kadangkala yang terjadi standard ini serring tumpang tindih atau cenderung sama satu sama lain, seperti dapat dilihat pada cabang ilmu sosial, sejarah, ekonomi, kewarganegaraan dan geografi. Pada saat yang sama, logika yang mendasari gagasan standar yang lebih menantang dan spesifik untuk apa siswa belajar dan seberapa baik mereka belajar mungkin tampak menarik.

Tulisan ini akan mengetengahkan seputar standar konten dan kinerja (standards for content and performance). Di Indonesia mungkin lebih tepat disebut dengan Standar Isi dan Standar Proses.

Beberapa pertanyaan terkait Standar Isi dan Standar Proses ini meliputi :
  • Mengapa kita memerlukan standar tersebut?
  • Apa yang seharusnya siswa pelajari?
  • Bagaimana seharusnya standar ditetapkan , dan oleh siapa?
  • Apakah standar itu semata-mata untuk sekolah tertentu atau untuk semua dengan harapan sama tinggi?
  • Bagaimana seharusnya standar isi dan standar proses siswa dinilai?
  • Implikasi apa yang timbul dari penerapan standar isi dan standar proses bagi sekolah-sekolah dan para guru?
Mengapa standar isi dan proses diperlukan? Sebagian orang melihat bahwa standar isi dan proses yang ada di sekolah selama ini belum lah mencukupi. Mereka menunjuk kepada prestasi siswa Amerika yang masih jauh tertinggal dari negara lain (Ravitch, 1995; Smith, Fuhrman, & O'Day, 1994). Dan ini menurut mereka akan berpengaruh pada produktifitas ekonomi Amerika di masa depan.
Standar dipandang sebagai sesuatu yang secara signifikan sangat mempengaruhi komponen pendidikan lainnya, seperti bahan kurikulum, penilaian, buku teks, pengembangan profesional guru, dan konten yang dipelajari siswa sendiri. Adanya perbedaan standar di beberapa distrik akan menyebabkan kesulitan bagi siswatau guru yang pindah distrik dari satu distrik ke distrik lainnya. Oleh karenanya, penetapan standar secara nasional dianggap sebagai suatu keharusan.

Apa saja yang mestinya terdapat pada standar isi dan standar proses? Kurikulum hendaknya disusun dan disesuaikan berdasarkan kepentingan lokal dan negara umumnya. Isi kurikulum mestinya mampu memenuhi tuntutan masyarakat modern  dan kebutuhan dunia kerja. Siswa dituntut bukan hanya mampu untuk menghafal, tetapi lebih pada kemampuan : pemecahan masalah, analisis dan kemampuan bekerja sama.
Untuk memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan zaman sekarang, guru dituntut memiliki kompetensi baru yang sesuai dan dituntut untuk terus mengembangkan kemampuan profesionalnya dengan konten-konten baru dan praktis serta konstruktivis.

Apa saja yang harus dipejari siswa? Dengan cara apa dan siapa yang memutuskan? Tradisi pendidikan di Amerika menuntut kontrol secara lokal pada sekolah umum, sehingga beberapa kurikulum sifatnya tidak praktis untuk diterapkan secara nasional. Kurikulum diwujudkan dalam konteks demokrasi. Amerika berbeda pandangan dengan beberapa negara lain yang mungkin memiliki kontrol terpusat atas pendidikan, apa yang diajarkan dan dengan cara apa.

Tentang keadilan dalam pendidikan. Para pengkritik mengingatkan bahwa tidak semua standar isi bisa diterapkan pada semua siswa. Hal itu dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Mereka mengkhawatirkan bahwa beberapa siswa, terutama yang terkebelakang, hanya mampu bergerak sedikit dan tidak mencerminkan pemenuhan standar yang baru.

Bagaimana seharusnya menilai kemampuan standar isi siswa? Penilaian yang otentik sangat diperlukan untuk mengukur kemampuan siswa, lebih dari sekedar bentuk soal pilihan ganda atau jawaban singkat. Penilaian individual juga diperlukan untuk masing-masing siswa sehingga dapat dibandingkan dengan seluruh siswa di kelas nya atau di sekolah lain bahkan juga di negara bagian lainnya. Ini akan membantu  guru dan sekolah untuk melakukan perbaikan sesuai kurikulum, sehingga prestasi siswa dapat ditingkatkan.
Bentuk-bentuk baru penilaian yang tanpa kesesuaian dengan isi kurikulum tidak akan berarti banyak. Sebagian orang menyetujui adanya ujian secara nasional yang sifatnya sukarela. Dimana daerah boleh ikut boleh tidak. Pemerintah pusat tidak berkepentingan pada hasil ujian, tetapi pemerintah daerah (federal) berkomitmen menindaklanjuti hasil ujian tersebut berdasarkan National Assessment of Educational Progress (NAEP). Bentuk-bentuk penilaian NAEP dapat dilihat pada link http://nces.ed.gov/nationsreportcard/subjectareas.asp, terdapat 12 subjek penilaian meliputi : seni, kewarganegaraan, ekonomi, bahasa asing, geografi, matematika, membaca, sains,   Technology and Engineering Literacy,  sejarah Amerika, sejarah dunia dan menulis.

Apakah penerapan standar isi dan standar proses berimplikasi pada guru dan staf, terutama pada sekolah? Tentu saja, gagasan mengubah beberapa isi kurikulum dalam beberapa bidang pengetahuan akan memerlukan kemampuan para guru yang berbeda pula.Ini juga akan berimbas pada sistem yang harus mendukung guru yang bekerja berdasarkan kurikulum dan sistem penilaian.

Guru tidak akan efektif tanpa bahan dan teks yang solid dan standar.Meskipun beberapa penerbit buku mengembangkan bahan-bahan yang sesuai dengan standar organisasi-organisasi profesi seperti  the National Council of Teachers of Mathematics,tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan isi terhadap standar yang ada. Oleh karena itu, "Berhati-hati lah, wahai pembeli!"
Kepala sekolah dan staf administrasi di sekolah juga harus mengerti dan turut berpartisipasi dalam kegiatan setiap pemenuhan standar yang berlaku. Staf Administrasi dapat berperan dalam kaitannya dengan anggota msyarakat, orangtua dan sekolah. Juga terdapat implikasi bagi organisasi guru, untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan guru terhadap standar yang berlaku.

Tugas Isu-isu Kontemporer Pendidikan

0 Komentar:

Posting Komentar