foto dari unmsia.com
Sepanjang sejarah, kita ketahui bahwa Islam tidak akan redup sinarnya hanya dengan diperangi secara fisik. Oleh karenanya, musuh-musuh Islam menggunakan cara lain. Mereka membiarkan umat Islam tetap ber-KTP Islam, tetap sholat, puasa, zakat hingga haji. Tapi dengan dibarengi usaha agar nilai-nilai Islam itu sendiri hilang dalam setiap sendi kehidupan kita. Hilang dalam berpakaian, hilang dalam pergaulan, hilang dalam pendidikan, hilang dalam pesta, hilang dalam jual  beli dan sebagainya. Sampai pada hilangnya nilai Islam dalam muamalah dan muasyarah hingga akhlak! (Na'udzubillah)

Dan ini juga terjadi di Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyaknya beragama Islam. Mungkin tanpa sadar kita telah dijauhkan dari ajaran Islam. Sehingga pikiran kita cenderung ogah menggunakan Al Quran dan Hadits di setiap kegiatan kehidupan kita. Inilah mungkin yang dinamakan dengan sekularisasi.

Sebagai seorang guru, saya mencermati bahwa sekularisasi ini terjadi sudah tersistem sedemikian rupa dalam sistem pendidikan nasional kita. Memang secara tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bertujuan menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun pada tataran praktik sehari-hari, sangatlah jauh antara tujuan dengan tindakan. Jauh panggang dari api.

Berbicara pendidikan, pikiran kita akan langsung pada sekolah hingga perguruan tinggi. Pikiran masyarakat kita memang sudah terisi bahwa orang terdidik adalah orang yang sekolah, bahkan hingga kuliah. Jika tidak kuliah, apalagi jika tidak sekolah, bisa dibilang orang tidak terdidik. Tidak heran, saat menuliskan pendidikan terakhir, yang diisi biasanya adalah S1, S2, S3, atau SMP, SMA dan SD.

Nah, jika kita analisa yang terjadi di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi itu, akan kita dapati saban harinya proses pendidikan dan pembelajaran yang jauh dari tujuan nasional untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengalaman saya yang muslim dan bersekolah di SD, MTs, MA hingga kuliah cukuplah sudah untuk itu.

Selama di SD, pelajaran yang ada kaitannya dengan Tuhan hanyalah mata pelajaran agama. Dan agama Islam pasti ada kaitannya dengan Al Quran dan Hadits. Mata pelajaran yang lain tidak pernah mengemukakan Al Quran dan Hadits itu. Entah apakah waktu dulu gurunya yang tidak mengkaitkan materi pelajaran dengan agama atau bagaimana. Padahal bapak gurunya Muslim. Dan kini pun yang terjadi saya pikir tidak lah berbeda jauh dengan zaman saya waktu dulu. Lihat saja di buku sekolah elektronik SD IPA kelas 1 misalnya, paling-paling yang mencantumkan nama Tuhan hanya pada bagian Kata Pengantar atau Bab I. Itupun paling cuma satu kalimat! Lalu bagaimana buku pelajaran seperti ini bisa menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa?

Saat di MTs dan MA, setingkat SMP dan SMA, mata pelajaran yang harus dikuasai lebih banyak lagi. Tapi lagi-lagi fungsinya untuk menjadikan manusia (siswa) yang beriman dan bertakwa dipertanyakan. SMP dan SMA paling mata pelajaran agama hanya 2 jam pelajaran setiap minggunya, sama dengan di SD. Masih mending di MTs dan Ma, ada pelajaran agama Islam khusus seperti Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Alquran Hadits, dan Aqidah Akhlak. Namun sayang untuk pelajaran umum seperti matematika, fisika, biologi, kimia, ekonomi, bahasa dan sebagainya lagi-lagi terpisah dari agama Islam. Istilahnya ya sekuler!

Apakah pelajaran umum itu tidak ada kaitan dengan agama Islam? Apakah tidak ada di Alquran atau di Hadits? Tentu Tidak!

ALLAH SWT telah tetapkan agar selamat dan bahagia dunia dan akhirat, kita harus mengamalkan Alquran dan Hadits. Lihat saja di Alquran dan Hadits, akan ditemui ilmu yang tidak akan habis ditimba kandungannya. Di sana ada ilmu fisika, biologi, kimia, ekonomi, politik, bahasa dan semuanya. Dan sempurna lah semuanya ada. Mengapa umat Islam justru dijauhkan dari ilmu-ilmu yang ada di Alquran dan Hadits itu? Hingga yang dipelajari pada mata pelajaran fisika, biologi dan kimia adalah teori-teori buatan manusia yang tentu bisa salah dan khilaf. Teori yang seringkali dicetuskan oleh orang ateis (tidak bertuhan) malahan. Sebut saja Darwin sebagai contohnya. Dalam ilmu sosial, semisal ekonomi, politik dan sebagainya, di Al Quran dan Hadits telah ada contoh dan teladan yang utama, mengapa tidak dipelajari? dan ironinya malah mempelajari teori para ekonom atau politikus barat. Sehingga jika dipraktekkan ilmu itu, lihat saja kekacauan ekonomi dan dunia politik seperti sekarang ini!

Hal yang sama ternyata berlanjut ke perkuliahan di perguruan tinggi. Dalam Alquran dan Hadits telah lengkap ilmu tentang pendidikan dan pengajaran, tapi kok yang diajarkan malah ilmu-ilmu mendidik ala barat? Cobalah perhatikan teori mana yang telah terbukti menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa jika dipraktekkan. Teori barat atau teori ALLAH SWT dan RasulNYA? Ironinya, jarang sekali, bahkan mungkin tidak ada yang mencantumkan teori ALLAH SWT dan RasulNYA ini dalam kajian pustaka pada tugas akhir penelitian, kecuali Perguruan tinggi yang berbasis Islam semisal STAIN atau IAIN. Inilah proses sekularisasi pada para calon guru anak-anak kita bangsa Indonesia. Sebuah sistem layaknya lingkaran setan.

Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai renungan dan introspeksi untuk perbaikan dunia pendidikan kita, agar tujuan pendidikan nasional tercapai, menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

0 Komentar:

Posting Komentar