Ini adalah kisah tentang Ibrahim bin Adham, seorang penguasa yang kemudian memilih menjadi seorang sufi.

Dengan memilih jalan sufi, sesungguhnya Ibrahim bin Adham telah meninggalkan baju, pedang emas dan surbannya yang berhiaskan permata. Pada kondisi demikian dia hanya memiliki sebuah wol (shuf) kasar dan robek-robek.

Suatu ketika dia duduk di pinggir sungai dan mengeluarkan jarum hendak menjahit bajunya yang robek. Tetapi tiba-tiba saja jarum yang dipegangnya itu jatuh dan tenggelam ke dalam sungai. Gagal sudah usahanya untuk menjahit pakaian satu-satunya itu. Sepertinya dia telah menjadi orang paling miskin gara-gara jarum yang tercebur ke sungai.

Ketika itu, seorang lelaki memperhatikannya tanpa dia sadari. Laki-laki itu tahu betul bagaimana keadaan Ibrahim ketika masih menjadi penguasa dan kaya-raya. Kini Ibrahim tak lebih dari orang yang paling malang di dunia.

Baru saja laki-laki itu selesai memikirkan nasib Ibrahim, dilihatnya Ibrahim memandangi sungai dan berkata, "Mana jarumku?"

Seketika itu juga keluarlah beribu ikan dari dalam sungai. Masing-masing mulut ikan itu mengeluarkan jarum yang terbuat dari emas. Ibrahim berkata, "Aku hanya minta jarumku, bukan jarum dari emas." Ketika itu muncullah ikan dari dalam sungai dengan menggigit jarum milik Ibrahim yang terjatuh tadi. Ibrahim segera mengambilnya dan melanjutkan pekerjaannya.

Laki-laki itu pun menyadari apa gerangan yang diperoleh Ibrahim dalam kondisi kefakirannya selama ini, yang tentu saja tidak diperolehnya ketika dalam keadaan kaya. Hal itu adalah kejujuran dan kesederhanaan serta menjaga diri dari nafsu duniawi.


Pelajaran:

Cerita ini mengajarkan kepada kita arti dari sebuah kejujuran dan keikhlasan. Bagaimana seorang Ibrahim bin Adham dalam kemiskinannya tidak bergeming pada apa yang selain dia miliki. Ketika ikan-ikan bermunculan dengan membawakan masing-masing jarum emas, ia menolaknya dan hanya mengharap jarumnya saja ! Kita harus ingat, searif apapun seseorang atau seteguh apapun dia, tentu godaan selalu datang. Semakin tinggi pohon, tentu semakin kencang pula angin yang meniupnya !

jarum mas

0 Komentar:

Posting Komentar