April mendatang, insya Allah akan dilaksanakan Ujian Nasional (UN) secara serentak di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Disusul kemudian dengan Ujian Sekolah. Tentu semua sekolah mengadakan persiapan agar siswa-siswanya dapat berhasil dalam ujian tersebut. Mulai pemberian pelajaran tambahan di luar jam sekolah (atau yang dikenal dengan les) sampai pelaksanaan try out.

bahar sirih bin syamsul bahri


Orangtua pun tak kalah sibuk. Anak-anak diikutkan bimbingan belajar, mendatangkan guru privat ke rumah, dan berbagai macam cara. Mereka rela mengeluarkan banyak uang demi keberhasilan anak-anaknya dalam UN.

Itu semua tindakan yang baik. Namun sayang, banyak sekolah (khususnya guru) dan orangtua yang lebih melihat keberhasilan pendidikan hanya dari segi pencapaian angka rapor atau ijazah. Nilai-nilai agama, akhlak, dan moral kurang diperhatikan. Tak heran bila kita sering mendengar banyaknya angka kriminalitas yang dilakukan siswa, mulai dari narkoba, minuman keras, tawuran, perkelahian, penganiayaan, pergaulan bebas, sampai video porno.

Sungguh ironis. Padahal tujuan penting pendidikan di negara ini adalah menciptakan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa, di samping cerdas dan cakap dalam ilmu pengetahuan.

Para guru mestinya dapat introspeksi dan bisa mengambil langkah dalam menyikapi kenyataan yang ironis ini. Karena kalau kita perhatikan masalah pendidikan siswa, disamping pengajaran, guru di sekolah memiliki banyak peran dan menentukan dibanding orangtua. Dalam satu hari siswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah daripada bersama orangtua mereka. Apalagi di kota-kota besar, kedua orangtua begitu sibuknya sehingga praktis tak punya waktu memantau anak-anaknya. Alhasil, peran guru menjadi sangat penting.

Alangkah baiknya jika guru dan sekolah tak melupakan pendidikan mengenai agama Islam, moral, dan akhlak di setiap kesempatan di dalam kelas. Jadi, bukan hanya waktu pelajaran agama saja. Gurulah salah satu unsur penentu bagaimana generasi bangsa kita mendatang. Apakah akan menjadi generasi yang cerdas beradab atau sebaliknya?

0 Komentar:

Posting Komentar