Spp santri sebuah dilema

10 tahun lalu aku pernah buat madrasah kecil kecilan. Gerbang terbuka lebar, sesiapapun yang mau belajar semuanya gratis tak ada kutipan apapun baik uang pendaftaran, bangunan, bahkan SPP semuanya gratis tis tis. Gak tanggung tanggung bahkan aku suplai kepada semua santri kitab kitab kurikulum secara gerrrratissss pula. Slow, aku gak gulung tikar kok, semua berjalan lancar tanpa donatur sepeserpun

Serba gratis bukan sebatas pertimbangan itung-itungan pahala, ini sebuah tehnik menaklukkan masyarakat abangan. Antum tau sendirilah yang namanya serba gratis peminatnya bejibun

Tak di sangka. Santri datang berduyun duyun. Menggebu-gebu dan beebuih-buih aku mengajar. Semangat 45 pokoknya

Hari berlalu, bulan berganti, aku perhatikan, banyak muridku jarang masuk sekolah, suka suka hati, terlambat datang bahkan tak terhitung moncottt tak sekolah selamanya tanpa pamit, ilang gitu aja macam dedemit

Semangatku redup, anget angetan, malas ngajar. Dengan berbagai pertimbangan aku tutup sekolah itu. Episode ini aku nyaris kalah, masih kurang tangguh, tekatku masih selembek kerupuk jengkol, harus lebih banyak menabur benih keikhlasan

Beberapa selentingan memanas dikupingku. Telingaku menangkap celetukan miring. Banyak pihak meremahkan sekolah yang aku rilis. Si ucok menggunjingku, sambil mengumpat dia berkicau halahhh sekolah gratis, pasti gak berbobot, ngajarnya sekenanya. Ada pula sebab gratis, tak pernah bayar apapun, tak pernah pula memberi dan berkorban sepeserpun menjadi sebab dia suka suka tak bertanggung jawab, keluar masuk kelas sekena udel perutnya, macam nenek moyangnya yang membangun sekolah ini. Pelajaran mozaik pertama aku nikmati yaitu pendidikan gratis kerap menuai komentar miring dari pihak tertentu, hikmahnya demi membangkitkan jiwa kesatria saat beradu dengan kejahilan di tengah umat, menggugah akal dan membakar semangat juang(agar lebih ikhlas intinya)

Gak kapok kapok, aku terus merangkak, beberapa tahu kemudian resmi aku mendirikan yayasan Ribath Darussunnah. Dengan fasilitas level sultan, dibalut biaya cukup tinggi untuk kelas perkampungan. Alih alih si ucok berkicau lagi, halahhh sekolah agama kok mahal kali, mau bisnis agama itu pimpinannya. Untung gak aku tumpat mulut embernya dengan kaos kaki busukku ini ahaiiiii🤭🤭

Mengantisipasi cangkem elek dan mulut comberan, sekarang aku tulis dengan spanduk raksasa dibelakang gerbang yayasan :

KAUM DHUAFA (fakir miskin)
dan ANAK YATIM GRATIS !

Seketika si Ucok menghilang bak di telan bumi

Sumber: https://www.facebook.com/100069672212281/posts/pfbid02NG5Jo2fJh3tGTdKb9YM1WqpsRDzWpHXpgjTxrXfejHHqZubwQc5o4e7SPJQYsEEal/

0 Komentar:

Posting Komentar