Sholat subuh di masjid Ar Rahmah jalan Percetakan Negara Jakarta Pusat, kita mungkin akan menjumpai kuliah subuh. Karena memang di masjid ini biasanya rutin hal itu dilakukan. Imam sholat subuh yang biasanya memberikan kuliah atau ceramah subuh. Begitu pula dengan subuh hari ini.
Berbeda dengan masjid yang biasanya saya ikut sholat subuh, di masjid Ar Rahmah ini memang sudah lazim tidak ada doa qunut. Bagi saya ini wajar dan tidak menjadi masalah. Sebab doa qunut menjadi sesuatu perbedaan pandangan di antara para ahli fiqif, dikenal dengan istilah khilafiyah. Setelah sholat subuh pun, biasanya tidak ada doa berjamaah. Orang yang hadir sholat berjamaah biasa berdoa sendiri-sendiri.
Tidak berapa lama setelah salam, biasanya Ustadz yang bertugas segera berdiri atau duduk di depan jamaah untuk menyampaikan materi kuliah/materi ceramah subuhnya. Sekali lagi, tidak ada doa berjamaah yang dipimpin oleh imam, tidak seperti di Masjid An Nur yang biasa saya sholat subuh di sana.
Sang ustadz pun memulai menyampaikan tausiah nya, tidak peduli sebagian jamaah masih berdzikir atau berdoa. Tidak sedikit jamaah yang berdoa, sedangkan sang ustadz terus saja berbicara bertausiah, dimulai dengan ucapan salam Assalamualaikum, hamdalah, shalawat dan seterusnya hingga isi.
Bagi saya pribadi hal itu kurang nyaman. Logikanya kan kita sedang berdoa, sementara di sekitar kita ada orang yang berbicara pada kita. Gimana coba? Pake mikropon lagi! Timbul kesan seolah tausiah cepat-cepat digelar agar jamaah yang mendengar banyak, sebab belum ada yang pulang. Tapi hal ini tidak mampu menghalangi jamaah yang ingin pulang. Sebagian jamaah tetap ngeloyor keluar masjid, tentunya setelah dzikir dan berdoa.
Seandainya saya sebagai panitia atau takmir masjid yang mengadakan acara itu, tentu saya akan memberikan waktu beberapa lama setelah salam sholat subuh tadi bagi jamaah. Biar jamaah selesai dulu membaca wirid dan doa yang utama. Misalnya sekitar 5 atau 10 menit lah. Baru kemudian kuliah subuh digelar! Soal yang mendengar itu sedikit atau banyak, terserah lah. Hidayah mah urusan Allah SWT.
Sehingga dengan begitu, jamaah akan serta merta dapat menjawab salam dan menyimak isi tausiyah tanpa harus merasa terpecah konsentrasi dan kekhusyuan nya. Ah itu hanya pikiran saya saja. Panitia atau takmir masjid mungkin punya pemikiran lain. Tapi yang jelas tujuannya adalah baik. Semoga!
0 Komentar:
Posting Komentar