Akhirnya tidak jadi juga workshop Public Speaking  and History Communication yang dijadwalkan Sabtu 22 Desember 2012 di Museum BI (Bank Indonesia, red). Bukan workshopnya yang tidak jadi, tetapi saya lah yang tidak jadi berangkat, meski sudah mendapat nomor urut peserta. Apa sebab?


Sebenarnya semenjak mengetahui workshop gratis ini dari Kang Asep, saya tidak akan jadi peserta deh. Karena peserta dibatasi dengan persyaratan yang bunyinya: Hanya untuk guru-guru sejarah/IPS, mahasiswa-mahasiswa jurusan sejarah (arkelogi, antropologi, PKn, dll) para pemandu museum dan sejarah di Jabodetabek sebanyak 100 orang. Selain itu berarti belum mendapatkan kesempatan untuk ikut. Di event lain aja yaa... ;-) . Sementara saya adalah guru fisika dan TIK (dulu).

Oleh sebab itu, ketika mengirimkan informasi tentang workshop itu ke beberapa milist dan grup pendidikan facebook tidak ada sedikitpun keinginan untuk ikut ada di benak saya. Lantas mengapa saya bisa dapat nomor urut peserta?

Ceritanya saya terpengaruh oleh teman-teman saya yang notabene juga bukan guru sejarah. Rupanya setelah mendapat informasi dari saya tersebut, beberapa teman ada yang mendaftar meski tidak memenuhi syarat, dan telah mendapat nomor urut peserta. Ketika ketemu besoknya dengana mereka, saya pun tergoda, walau dalam hati kecil masih enggan untuk turut mendaftar.

Sms saya kirimkan di malam hari (17/12/2012) sebagai tanda pendaftaran. Sampai pagi tidak juga ada balasan. Di pikiran saya mungkin Allah memang yang menentukan begitu dan hikmahknya saya tidak jadi berbohong (menipu) sebagai guru sejarah. Tetapi rupanya saya penasaran dan tergoda lagi, menjelang siang (18/12/2012) saya mengirimkan sms pendaftaran lagi. Sama, tidak ada balasan. Kembali saya teringat dugaan saya sebelumnya untuk kasus yang sama. Ambil hikmahnya!

Belakangan saya ketahui beberapa guru ips yang juga teman saya rupanya juga telah mendaftar dan mendapatkan nomor urut peserta. Memang pantas lah, pikir saya, wong mereka guru ips, tidak seperti saya guru ipa. hehe

Tidak saya duga sama sekali, sangat pagi sekali tanggal 21/12/2012, tepatnya pukul 00:21 ada sms berbunyi: "No. urut anda 50. Thx". Belum ada kepastian motivasi apakah saya jadi akan berangkat atau tidak, sebabnya istri saya kurang mendukung dengan keikutsertaan saya. Maklum bukan bidang studi yang saya pegang. Di samping itu masih ada pertanyaan apakah itu perbuatan yang halal atau tidak. Resikonya kan besar jika tidak halal, karena pas ada kegiatan dikasih makan, kalo tidak halal, berarti makan yang haram dong! Neraka lah tempatnya bagi perut yang memakan makanan haram! (ngeri kan?)

Untuk meyakinkan apakah halal atau tidak, besok siangnya saya mengirim sms pertanyaan dengan memberitahukan siapa saya (bukan guru sejarah maksudny, red), tetapi sudah mendapatkan nomor urut peserta, sekaligus menanyakan apakah saya halal ikut acara besok (22/12/2012). Sekitar setengah jam baru ada balasan. balik nanya, "Maksudnya?". Saya balas "Boleh datang ikut acara nggak ya?". Lama tidak ada balasan. Membuat saya semakin ragu, mendekati keinginan untuk tidak ikut sama sekali.

Sekitar lima jam kemudian, baru ada balasan sms lagi. "Iya. Silakan. Thx". Tapi pikiran saya sudah kadung larut condong untuk tidak ikut, ditambah dukungan istri yang tidak sampai setengah (boro-boro setengah hati hehe). Akhirnya tidak jadi juga saya ikut workshop Public Speaking  and History Communication yang dijadwalkan Sabtu 22 Desember 2012 di Museum BI (mengoreksi awal paragraf pertama :D ). Dan ini membuktikan bahwa dukungan seorang istri itu sangat penting dalam membuat sukses kita! Ambil hikmahnya! Semoga bermanfaat.

0 Komentar:

Posting Komentar