Selama ini yang kita ketahui bahwa ceramah agama (Islam) itu hanya bagi orang-orang yang mampu mendengar dengan baik. Tidak pernah kita saksikan ada ceramah untuk orang-orang tuli. Jangankan menyaksikan, membayangkannya saja mungkin kita tidak pernah.


Bayan

Orang yang bisu, biasanya juga tuli. Sungguh susah rasanya bagi kita yang tidak terbiasa untuk bisa berkomunikasi dengan orang yang bisu dan tuli. Lebih-lebih jika kita ingin memberikan nasehat atau ilmu agama Islam pada mereka yang bisu dan tuli.

Adalah komunitas Jamaah Tabligh yang rupanya telah mempraktikkan ceramah dan dakwah di kalangan orang-orang bisu dan tuli ini. Saya menyaksikan langsung bagaimana ceramah yang langka ini berlangsung.

Malam jumat biasanya adalah malam istima atau malam berkumpulnya para da'i Jamaah Tabligh dan juga masyarakat umum di markas-markas di seluruh dunia, termasuk di Jakarta. Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, istima dipusatkan di Masjid Jami Kebon Jeruk Jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat.

Malam jumat kemaren saya hadir mengikuti istima tersebut. Seperti biasa, sehabis maghrib selalu ada bayan atau ceramah agama tentang pentingnya iman dan amal shaleh serta pentingnya usaha menjaga dan meningkatkan iman dan amal shaleh tersebut.

Seorang dai menyampaikan bayan di mimbar depan masjid. Ratusan orang, bahkan mungkin hingga ribuan orang yang hadir menyimak bayan dengan seksama. Biasanya hanya satu yang menyampaikan bayan. Tapi ternyata di bagian belakang jamaah yang mendengarkan bayan tadi terdapat pula jamaah yang menyimak bayan jenis lain. Bayan itu disampaikan tidak dengan kata-kata, melainkan dengan isyarat. Bayan untuk orang bisu dan tuli! (Ingin rasanya mengambil foto bayan yang unik ini, tapi malu dan takut jika kena tegur. hehe)


bayan-bisu-tuli
Bayan untuk Jamaah bisu tuli, (foto diambil sembunyi-sembunyi jadi hasilnya kurang jelas)

Ternyata perkembangan dakwah dan tabligh oleh para Jamaah Tabglih sudah sangat luas perkembangannya, hingga menyentuh kalangan orang bisu dan tuli tersebut. Mereka sengaja dihadirkan di malam istima untuk menciptakan suasana agama (Islam) di kalangan mereka. Mungkin kalau tidak ada yang begini, dapat dipastikan mereka yang bisu dan tuli itu tidak akan memperoleh ilmu agama secara berjamaah sebagaimana sering diikuti orang normal kebanyakan.

Kita patut bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan sifat ikhlas pada mereka yang memperjuangkan dan mendakwahkan agamaNYA ke seluruh umat. Tidak peduli orang kaya atau miskin, sehat atau sakit, semua manusia wajib mengamalkan ajaran agama.

0 Komentar:

Posting Komentar