Pagi ini, terbaca status teman di facebook, "Hari ini di alun2 kota Kandangan ada pesta rakyat makan gratis singkong Nagara. Jangan lupa bawa masker utk meredam efek baunya, soalnya singkong adalh jenis makanan yg mbuat pemangsanya ingin kentut terus-terusan". Kalimat-kalimat itu mengingatkan pada kota kelahiranku, Kota Kandangan, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Selatan. (HSS). Tanggal sekarang tanggal 2 Desember 2011. Tanggal 2 Desember oleh sebagian rakyat Kabupaten HSS diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten. Dan sekarang ini entah sudah yang ke berapa kali tanggal ini diperingati sebagai hari jadi, aku lupa. Ku sebut 'oleh sebagian rakyat' , karena ku pikir pasti tidak semua warga HSS yang memperingatinya dan dapat menikmati rangkaian Hari Jadi ini.

tugu ketupat jalan hanyar kandangan



Perasaan-ku baru aja Hari Jadi ini diperingati, sekarang diperingati lagi. Tak terasa sudah tanggal 2 Desember lagi. Pertanda apakah gerangan sampai-sampai waktu tak terasa ku lalui. Ya Robbi...


Mengingat Hari Jadi Kabupaten HSS, jadi teringat acara apa saja ya yang pernah ku hadiri di momen-momen ini. Seingatku tidak banyak. Pertama kali, lupa tahun berapa, rasanya aku pernah lihat Pameran Pembangunan HSS, saat itu lokasinya di Pasar Agrobisnis Muara Taniran. Tiap kecamatan, tiap instansi dan Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten HSS, memperlihatkan produk dan kegiatan yang telah dihasilkan. Entah selama satu tahun atau lebih. Nggak ada yang tahu... :)   . Yang kedua, acara yang sama, lagi-lagi pameran, namun tempat dan waktunya pasti berbeda. Tempatnya di tengah kota Kandangan, tahunnya lagi-lagi lupa, kayaknya tahun kemaren, 2010. Daripada salah, mending bilang lupa deh.. he he. Acara yang lain? sepertinya nggak ada lagi, atau aku yang 'absen' selalu. ??


Mengenai pesta rakyat seperti yang ditulis temanku di statusnya itu, sepengetahuanku memang tiap Hari Jadi di kabupaten kami selalu ada pesta rakyat. Mungkin lebih tepatnya pesta untuk 'sebagian rakyat'  Kabupaten HSS. Sebab selama ini, aku sendiri sama sekali belum pernah merasakan itu pesta seperti apa. Yang jelas , yang pertama menikmati pesta  itu tentunya adalah para pegawai pemerintah daerah Kabupaten HSS. Dari pimpinan tertinggi di kabupaten, hingga pegawai di sekitarnya. Aku sendiri, walaupun sejak 2008 lau berstatus sebagai pegawai daerah HSS, nyatanya tidak pernah dapat undangan untuk menghadiri daan merasakan pesta itu seperti apa. Dan ku yakin, sangat banyak lagi pegawai yang mengalami hal sepertiku, apalagi yang bukan pegawai, baik statusnya negeri ataupun swasta


Setiap tahun, akan ada pesta rakyat yang berbeda. Tahun ini mungkin hidangannya adalah singkong atau gumbili Nagara  (seperti tulisan temanku di awal), ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Seingatku, beberapa tahun yang lalu, entah 2008 atau 2009, pesta rakyatnya dengan menyuguhkan hidangan dodol terpanjang se-Indonesia, entah berapa kilometer panjangnya. Menurut informasi yang ku dengar, saking panjangnya hingga memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia. Saat itu aku cuma dengar tidak bisa melihat langsung apalagi menikmati.  Di tahun selanjutnya, ada pesta rakyat dengan menyajikan makanan khas kandangan, ketupat Kandangan. Dan ini pun tidak kalah serunya. Dikatakan sebagai ketupat terbanyak, mencapai jumlah ketupat sekitar 50.000 biji yang dihidangkan dalam satu hari. Wow ! Namun sayang inipun aku tidak dapat merasakan meriah dan lezatnya makanan favoritku itu. Saat itu aku tahu kalau mau hadir ke pesta rakyat itu harus membawa kupon pesta. Ini ku ketahui karena ada temanku yang minta bantuan untuk membagikan kupon pada masyarakat sekitar rumahku. (Aku sendiri??? temanku nggak bilang itu 'boleh' untukku). Mungkin,,,, karena saat itu juga pelaksanaannya diadakan pas hari kerja, sama seperti sekarang, jadi kami musti kerja, tidak boleh ijin ikut pesta rakyat, apalagi bolos. Hmmm...bagiku itu tidak masalah sama sekali, aku juga malas ikut acara-acara gituan.  Menurutku itu syubhat, aku masih meragukan kehalalannya. apa sebab?


Biasanya acara seperti itu, menurut pengalamanku selama ini, selalu didahului dengan pengumpulan dana. Dana nya kan besar. Mungkin ada anggarannya juga di APBD Kabupaten. Mungkin juga tidak. Aku tidak tahu persisnya. Namun seingatku, gaji kami para pegawai negeri akan dipotong untuk 'urunan' membantu acara yang begituan. Memang tidak besar, dalam kisaran Rp. 10.000 hingga Rp. 25.000 mungkin. Aku lupa tepatnya berapa, tiap tahun mungkin berbeda. Menurut pemikiranku yang masih tahap belajar ini, hal semacam itu tidak layak dan tidak benar untuk dilakukan. Itu sama saja dengan mengambil hak orang lain tanpa izin, atau tanpa meminta persetujuan dari yang empunya uang (dalam hal ini pegawai negeri penerima gaji). Pengambilan uang sepihak itu sama saja dengan mencuri, namun tindakannya ter-organisasi, seolah-olah tidak mengapa, padahal kalau menyangkut hak orang lain, urusannya akan panjang sampai ke akhirat. Misalkan, dalam satu kabupaten, pegawai negeri yang 'diambil' langsung sebagian kecil gajinya oleh bendaharawan gaji adalah sebanyak 10.000 orang. Tentu diantara orang sebanyak itu pasti ada yang dalam hati kecilnya tidak rela uangnya diambil (untuk pesta segelintir orang lagi). Setiap orang kan berbeda pemikiran dan situasi yang dihadapinya. Bukan tidak mungkin ada yang dalam hati menggerutu, mengomel, jengkel, tapi karena yang mengambil adalah Pemerintah Daerah melalui bendahara pembagi gaji, pasrah saja jadinya, takut dan tidak berani bersuara. Ada yang merasa dizhalimi, tapi tidak berdaya, mengadu hanya pada ALLAH SWT jadinya. Kalau sudah begini kan repot urusannya. Doa orang yang di-zhalimi itu tanpa hijab lo !

Seandainya diberi pilihan, apakah menyumbang atau tidak, mungkin ada saja yang tidak mau, atau mungkin ada yang mau namun uang yang disumbangkan kecil, Rp. 2000 misalnya. Mungkin ada yang lebih besar dari Rp. 50.000. Bisa saja. Dan itu lebih baik daripada main potong gaji langsung, apapun alasannya. Untuk organisasi macam apapun itu, misal PGRI mau mengadakan acara ultah, atau hari Guru perayaan maulid Nabi, Isra Mi'raj atau apapun juga, dengan mengambil dana dari pemotongan gaji para guru, pegawai di sekolah, menurutku itu sesuatu yang tidak benar. Sebab seperti yang ku sebut di atas, itu sama saja mengambil hak milik orang lain secara paksa. Mestinya berilah kebebasan untuk menyumbang atau tidak. Besarannya pun jangan dipatok seenaknya, seenak diri kita. Sebab semua orang berbeda. Anda dan saya berbeda. Dan tulisan ini hanyalah sebagai tuangan dari pemikiranku yang masih perlu banyak belajar. Dan sekali lagi tentunya pemikiran Anda bisa jadi berbeda dengan pemikiranku. Hanya ku berharap, semoga ada manfaatnya.

0 Komentar:

Posting Komentar