Berita-Menyesatkan
Hampir tiga bulan sudah saya pindah rumah. Semula tinggal di pelosok Kalimantan Selatan, tepatnya di desa Angkinang, satu desa di pinggiran Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sehari-harinya sebagai seorang guru di SMA yang ada di desa itu (Sebenarnya masih merasa tidak layak untuk dikatakan sebagai guru..). Tapi sekarang, untuk sementara, berdomisili di salah satu gang sempit kota Jakarta untuk belajar. Formalnya sebagai seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di kota metropolitan ini. Ini pun awalnya serasa tidak percaya.


Untuk mengikuti perkembangan di daerah Kalimantan Selatan, pagi hari biasanya (sehabis baca Al Quran ala kadarnya) saya usahakan untuk menyempatkan membaca berita dari harian Banjarmasin Post. Beruntung saya punya alamat versi online nya. Walaupun tidak bisa memegang langsung koran itu, saya masih bisa membaca beritanya. Cukup masuk ke alamat http://epaper.banjarmasinpost.co.id/dok/BP20111124.swf untuk hari ini. Empat angka pertama sebelum dot swf itu menunjukkan tahun 2011, dua angka setelahnya menunjukkan bulan ke-11 (Nopember) dan dua angka terkahir menunjukkan tanggal 24 (tanggal hari ini). Untuk hari-hari selanjutnya, angka-angka itu tinggal kita ubah sesuai tahun, bulan dan tanggalnya.


Di halaman pertama koran ini ada tulisan dengan judul yang mengusik. Judul yang mengusik dan menggerakkan tangan saya untuk menulis catatan ini. Judul yang menurut saya tidak layak untuk ditampilkan pada khalayak umum. "Pak Hakim Minta Penari Telanjang". Walaupun bukan berita utama, tapi dengan menaruhnya di halaman pertama, ini adalah hal yang menyesatkan secara kasat mata menurut saya.


Suatu yang buruk menurut saya bila hal seperti itu dijadikan berita di halaman pertama apalagi headline. Sejak kuliah sebelum jadi guru saya sudah sering melihat hal semacam itu dilakukan oleh koran-koran lokal. Apalagi jika ada berita ajang kecantikan miss universe pake bikini atau kasus video porno, biasanya selalu dijadikan berita di halaman pertama. Malah menjadi headline. Seolah-olah tidak ada lagi berita yang bisa menjadi daya tarik dan pemikat khalayak untuk membeli dan membaca koran itu.


Media massa dengan menampilkan berita semacam itu lambat tapi pasti akan menggerus kepribadian anak-anak kita, atau bahkan kita sendiri. Secara tidak sadar kita para pembaca dicekoki bahwa hal seperti itu adalah hal yang biasa. Dan ini dapat merusak pemikiran, apalagi bagi anak-anak dan para remaja yang sedang dalam proses penemuan jati diri. Sehingga ujung-ujungnya bermuara pada kenakalan dan perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja.


Kita bisa melihat betapa pergaulan remaja sekarang sudah banyak terpengaruh budaya-budaya jahiliah dan sama sekali tidak Islami. Remaja perempuan kita sudah tidak berpakaian Islami, Foto-foto sexi dan seronok ditampilkan dengan bangga dipajang dan dipamerkan, Bergandengan tangan dan berboncengan mesra dengan lain jenis yang bukan mahram sudah tidak ada malu dan tanpa perasaan berdosa sama sekali, Pacaran sudah menjalar dari orang dewasa, anak SMA, SMP hingga anak SD, Pegaulan bebas hingga hamil di luar nikah sudah sering kita lihat.. ini adalah contoh kecil budaya-budaya merusak akibat negatif media. Di sini pengelola media massa (tv, koran, majalah, website dll) lah yang bertanggungjawab, dunia dan akhirat.


Barangsiapa yang mengajak, memberi teladan atau contoh kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebagaimana orang yang mengamalkan kebaikan itu. Semakin banyak orang yang mengamalkan kebaikan, semakin banyak panen dari ladang amalnya.


Barangsiapa yang mengajak, memberi teladan atau contoh maksiat dan kejahatan, maka ia akan mendapat dosa sebagaimana orang yang melakukan maksiat dan kejahatan itu. Semakin banyak orang yang bermaksiat dan jahat di muka bumi karenanya semakin banyak dan berat pula siksanya, dunia hingga akhirat.


Sekarang pilihan ada pada kita, mau yang mana?


Wallahu A'lam.

0 Komentar:

Posting Komentar