Mungkin terbawa-bawa suka nonton film koboi dari sejak kecil, dalam sebuah film harus ada tokoh jagoan dan penjahat, dimana si jagoan menang dengan menembak mati di tokoh jahat.
Bukan hanya di film koboi saja, hampir semua genre film laga, harus ada jagoan yang selalu akan menang.
Pakemnya memang begitu dari sononya, baik itu film silat klasik macam Si Buta Dari Gua Hantu, atau film Kungfu macam Bruce Lee dan Jacky Chen atau pun film polisi India macam inspektur Vijay.
Bahkan film Hollywood juga sama saja. Mau Batman, Superman, Ironman, Aquaman termasuk Wonder woman. Setidaknya di akhir harus menang jagoannya.
Sejak kecil kita dididik bahwa lakon kehidupan itu hanya ada dua yaitu menang dan kalah. Yang menang mewakili kebenaran dan yang kalah terpaksa dianggap mewakili kesalahan.
Sering juga pakem macam itu terbawa-bawa ke urusan bernegara dan bermasyarakat, sehingga masyarakat seringkali dihadapkan pada satu dari dua pilihan : pro rezim dan anti rezim.
Namun lakon macam itu tidak selalu sejajar dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Hidup ini tidak selalu urusan menang kalah. Juga tidak selamanya urusan benar dan salah.
Begitu juga dalam beragama, tidak selalu semesta pembicaraannya tentang benar dan salah, hitam dan putih.
oOo
Tema tentang keberagaman dalam beragama memang tema yang masih asing, kalau tidak mau dibilang aneh.
Padahal sejak awal, keberagaman itu memang sudah ada dan eksis serta diakui persis dalam Al-Quran.
Seringkali ketentuan syariat yang turun dan berlalu pada suatu kaum boleh jadi tidak sama ketentuannya bagi umat yang lain. Disini berlaku A dan disana berlaku B dan di tempat lain lagi berlaku C.
Lain nabi lain syariat dan lain umat lain aturannya. Itu tidak bisa dipungkiri lagi. Memang begitulah faktanya selama ini.
oOo
Di masa umat terdahulu, disebutkan bahwa harta rampasan perang itu haram diambil, tapi harus dikembalikan kepada Allah SWT dengan jalan di kumpulkan di tempat yang luas lalu nanti akan tersebar api.
Dan itu pertanda bahwa perang itu diterima Allah SWT dan nabinya benar-benar seorang nabi utusan Allah.
Hal itu sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut :
الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ عَهِدَ إِلَيْنَا أَلَّا نُؤْمِنَ لِرَسُولٍ حَتَّىٰ يَأْتِيَنَا بِقُرْبَانٍ تَأْكُلُهُ النَّارُ
(Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kami, supaya kami jangan beriman kepada seseorang rasul, sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api". (QS. Ali Imran : 183)
Sementara di zaman kenabian Muhammad SAW, harta ghanimah itu jadi sumber rejeki yang 100% halal. Secara finansial, perekonomian nabi dan para shahabat di Madinah banyak terbantu dari sumber ghanimah itu.
oOo
Dan masih ratusan kasus lainnya yang bisa diceritakan, kalau mau baca sampai Shubuh.
Intinya simple saja, bahwa Allah SWT menciptakan makhluq beraneka ragam, menciptakan manusia juga beragam, para nabi pun banyak dan diutus kepada beragam bangsa.
Dan yang paling penting ketentuan syari'at pun banyak ragamnya. Tiap umat punya syariat yang berbeda.
Bahkan masuk ke masa kenabian Muhammad SAW pun, amat sangat dimungkinkan adanya pandangan fiqih dari beberapa mazhab fiqih muktamad yang saling berbeda.
Maka paradigma berpikirnya harus diubah, tidak bisa hanya berpikir menang kalah atau benar salahm
Tapi mulai lah berpikir ini benar dan itu juga benar. Selagi semua berada pada koridor yang sesuai prosedur aslinya.
Maka hanya cara itu saja kita bisa memainkan peran win-win solution, sama sama memang dan tidak ada yang kalah.
https://www.facebook.com/100000219936471/posts/4880141248669825/
0 Komentar:
Posting Komentar