Teladan seorang anak lelaki muda, berbudi luhur, baik kepada siapa saja dan taat menjalankan agama (Islam). rendah hati dan disiplin membagi waktu; Siang hari menggembala lembu-lembunya dan malam hari menuntut ilmu pada para ulama di kampungnya.

Anak lelaki itu sangat memelihara dan memperhatikan apa yang dimakan oleh lembu-lembunya. Menggembala dengan dzikir. Sepanjang jalan mulut lembu-lembunya diikat agar tidak memakan rumput yang tidak halal di kebun orang. Barulah setelah sampai di padang gembala umum yang halal bagi siapa saja, lembu-lembu  diikat dengan patok. Lalu ikatan di mulut lembu-lembunya ia lepaskan dengan basmalah.

Suatu pagi, ia menggembala lebih jauh dari biasanya. Sementara lembu-lembunya makan dengan lahap, ia bertakbir memulai sholat dhuha, tanpa alas di bawah sebatang pohon rindang. Setelah sholat, ia pun berdzikir hingga tertidur kelelahan.

Ketika bangun tidur, hari sudah siang, ia periksa lembu-lembunya. Ia kaget, seekor lembu jantan hilang. Patoknya tercabut dari tanah. Itu adalah lembu pejantan yang sehat, sumber bibit membiakkan lembu betina lainnya. Ia segera mencari lembu yang hilang itu.

Di tengah jalan, ia berjumpa dengan penggembala lain dan menanyakan lembunya. Penggembala itu menggeleng.  Di kejauhan terdengar adzan, penggembala itupun diajaknya sholat berjamaah. Seusai sholat, ia cari lagi lembunya.

Ia terus mencari hingga sampai ke satu ladang. Ia lihat lembunya asyik makan rumput. Ia beristighfar. Ia sangat sedih dan merasa berdosa karena lembunya makan rumput di ladang orang. Ia tarik lembunya keluar ladang itu. Ia bawa ke jalan, mulut lembunya diikat lagi. dan pada sebatang pohon ia ikat lembunya. Kemudian ia mencari orang pemilik ladang itu. Tapi tidak ditemukan disitu. Di kejauhan terlihat seperti rumah. Ia berlari menuju rumah itu berharap itu rumah si pemilik ladang.
Pintu rumah tampak terbuka. Ia ucapkan salam.  Tiga kali sudah mengucap salam, namun tidak ada balasan. Ia pun bersiap hendak pergi dengan wajah muram sedih. Saat mulai melangkah pergi, terdengar suara menjawab salamnya.

“maaf saya baru selesai sholat. Silakan masuk” kata seorang lelaki padanya.

“mohon maaf tuan, saya tidak bisa lama di sini”

“kenapa?’

“saya sedang menjaga lembu-lembu gembalaan saya”

“terus ada perlu apa nak? Wajahmu tampak pucat. Apa kamu mau makan atau minum? Sebentar saya ambilkan”

“tidak, tuan. Terimakasih, insya Allah saya puasa”

“kalau begitu, apa keperluanmu, nak? Apa yang bisa saya bantu?”


"Maaf tuan. Apa ladang di sana itu, yang di dekatnya ada pohon Ek itu milik tuan?". Ia menunjuk ke arah ladang itu.

"Benar, itu milik saya. Ada apa?"

"Begini tuan. Saya kemari mau minta maaf sekaligus minta dihalalkan, sebab seekor lembu saya telah lancang masuk ke ladang tuan saat saya tertidur kelelahan. Lembu saya telah makan reremputan dan tanaman di kebun tuan. Saya benar-benar menyesali kelalaian saya. Mohon dimaafkan dan dihalalkan, agar jika lembu itu kami makan semuanya halal, jika kami jual juga hasilnya halal, jika kami jadikan pejantan untuk membiakkan lembu betina, anak-anaknya semuanya halal".

Lelaki pemilik ladang itu tersentak mendengar kata-kata anak gembala di hadapannya. Pemilik ladang sangat tertarik. Pemilik ladang tersenyum. Pemilik ladang yakin penggembala di hadapannya adalah anak muda yang alim dari keturunan orang shalih.

"keluargamu tinggal dimana nak?"

"Di desa Nurs tuan"

"Nama ayah dan ibumu siapa?"

"Ayah bernama Ali dan Ibu saya Aminah" jawabnya tanpa ragu.

"Baiklah, saya akan pergi ke Nurs untuk menemui ayah dan ibumu."

Seketika ia pucat pasi.

"Saya mohon dengan sangat tuan. Kasihanilah saya. Jika tuan mengadukan masalah ini kepada ayah dan ibu saya pastilah saya akan dimarahi. Tolong, bisakah tuan memaafkannya? Jika tuan minta ganti rugi, saya akan membayarnya berapapun tuan minta, meskipun itu dengan cara saya harus bekerja pada tuan. Ini murni kesalahan saya, mohon jangan libatkan ayah dan ibu saya"

Pemilik ladang tersenyum. "Tenanglah nak. Sekarang, kamu pergilah. Aku berjanji tidak akan membuatmu sedih"

"Apakah ini berarti tuan sudah memaafkan saya, serta menghalalkan apa yang telah dimakan lembu saya di ladang tuan?"

Pemilik ladang mengangguk dengan tersenyum.

Seketika ia menyalami tangan lelaki itu dan menciuminya. Lalu pergi untuk mengurus lembu-lembunya.

Pemilik ladang memandanginya dengan bahagia. Bahagia berjumpa pemuda sedemikian kuat menjaga yang halal dan haram. Pemuda yang santun dan halus tutur katanya, namun tegas prinsipnya.

---------

Ternyata pemilik ladang adalah sahabat lama ayahnya yang bernama Molla Thahir. Molla Thahir mempunyai satu-satunya anak gadis dari tujuh anak, bernama Nuriye. Sejak akil baligh tidak ada pemuda di luar rumah yang pernah melihat wajah Nuriye. Sebab jika dia keluar rumah, dia rapat menutup aurat termasuk muka. Nuriye dididik oleh kedua orangtuanya sendiri hingga hafal Al-Qur'an. Nuriye juga mendapat pelajaran hadits Nabi, fiqih dan adab dari orangtuanya.

Ringkas cerita ia dan Nuriye dijodohkan dan dinikahkan. Saat itu ia berumur 25 tahun dan Nuriye 18 tahun. Nuriye selain hafal Al-Qur'an, juga ahli ibadah. Setiap malam, Nuriye selalu bertanya apakah ia punya hajat dengan istrinya. Jika dijawab iya maka Nuriye akan memakai pakaian terbaik untuknya. Jika dijawab tidak, maka Nuriye akan tenggelam dalam ibadah, melantunkan hafalan Al-Qur'an dalam shalat malam. Tidak jarang, Nuriye beribadah sampai adzan Shubuh. Kelebihan lain, Nuriye selalu menjaga wudhu, kecuali kalau sedang uzur.

Setelah lima belas tahun menikah, ia dan Nuriye dikaruniai tujuh anak. Satu anaknya bernama Said, dikenal sebagi seorang ulama besar di seantero penjuru Turki, bahkan dunia. Said mendapat julukan “Badiuzzamann” atau “Keajaiban Zamannya,” terkenal sebagai Badiuzzaman Said Nursi.

Sejak masih belia, ia telah diajarkan untuk menjaga diri dari barang yang haram. Bahkan lembu-lembunya tidak ia izinkan makan rumput yang tidak jelas kehalalannya. Ia juga menghiasi nafasnya dengan dzikir kepada Allah. Sedangkan Nuriye yang hafal Al-Qur’an, selalu menjaga dirinya dalam keadaan berwudhu. Saat mengandung anak-anaknya , termasuk ketika mengandung Said, Nuriye tidak menginjakkan kakinya kke atas bumi kecuali dengan keadaan suci, dan tidak meninggalkan shalat malam, kecuali saat uzur. Nuriye tidak mengizinkan dirinya menyusui anak-anaknya terutama Said, dalam keadaan tidak suci.

Maka, wajarlah jika Allah Yang Maha suci memberikan anugerah-Nya kepada suami istri sederhana ini. Anugerah paling tampak terasa adalah ada pada anak mereka bernama said. Said menjadi semacam ‘ayat’ bahwa kesucian cinta karena Allah akan melahirkan keberkahan dan keajaiban yang tidak pernah disangka-sangka. Allah itu baik dan suci, dan Allah mencintai kebaikan dan kesucian.

Ia, penggembala lembu itu adalah Mirza, ayahnya Badiuzzaman Said Nursi. Masyarakat luas mengenalnya sebagai sufi Mirza, karena sifat wira’i-nya.

diambil dari Novel Sejarah "Api Tauhid" Habiburrahman El Shirazy.

Api Tauhid Novel Kang Abik

1 Komentar:

  1. kami, disini mencoba datang dan menawarkan sedikit bantuan kecil kepada anda sekalian, kami tidak pernah menyarankan anda untuk berhutang atau berbisnis pada makhluk gaib, semua adalah terserah anda dan keputusan ada di tangan anda, manis-pahitnya hidup adalah cerita dunia yang bersifat temporer, namun adakalanya anda dalam situasi yang sangat terdesak sehingga membuat anda menjadi gelap mata untuk kesana-kemari mencari pinjaman dana demi melunasi hutang anda atau hal lain. sekali lagi, dalam hal ini, kami hanya menawarkan sebuah solusi, tidak memaksa, mengajak ataupun menyuruh anda. karena kami sangat terimakasih kepada ky witjaksono yang telah menolong saya dalam kesulitan,ini tidak pernah terfikirkan dari benak saya kalau nomor yang mbah berikan bisa tembus dan alhamdulillah kami juga bisa di bantu melalui uang gaib bagi anda yang ingin di bantu hubungi ky witjaksono di 0852_2223_1459. ingat kesempat tidak akan datang untuk yang kedua kalinga
    klik=>>> BUTUH UANG GAIB

    BalasHapus