Bulan April yang lalu, Alhamdulillah, aku bisa ikut jamaah dakwah tabligh 3 hari. Keluar di Jalan Allah [Khuruj fi sabilillah] masih di daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jamaah terdiri dari orang awam dan seorang ustadz. Orang awamnya punya berbagai latar belakang dan profesi. Ada guru SD, guru MTs, pelajar SMA, tukang ojek, wiraswasta hingga mantan bang Napi. Sedangkan Ustadznya ku ketahui alumni Pondok Pesantren Darul Lughoh Wad Dakwah Bangil-Pasuruan, Jawa Timur. Ustadz ini sudah menempuh pendidikan pesantren setelah lulus SD, sebelum ke Bangil. Beruntung jamaah 3 hari ini sebab ikutnya Sang Ustadz.

Keilmuan ustadz ini sangat kentara ketika kita mendengar bayan (ceramah) beliau. Banyak menyebutkan ayat-ayat AlQuran atau hadits Nabi. Sepintas orangpun akan tahu bahwa beliau ini memang ustadz (ulama). Apalagi dengan penampilan selalu berjubah gamis lengkap dengan sorban terlilit di kepala. Tulisan aksara arab yang ditulis beliau lebih bagus daripada tulisan latinnya. Aku melihat di satu halaman awal kitab Fadhilah Amal kepunyaan beliau, tertulis tulisan Arab yang indah dan rapi sekali. Panjangnya hampir satu halaman kitab itu. Aku diberitahu bahwa tulisan beiau itu adalah riwayat sanad amalan dakwah yang melalui Maulana Muhammad Zakariyya rahmatullah alaih terus ke atas hingga Sahabat Rasulullah SAW. Tentu saja ujungnya adalah dari Rasulullah SAW.

Bukan hanya pandai ceramah di depan majelis, sang Ustadz juga cekatan blusukan (jaulah khususi) door to door, person to person. Pagi itu aku menemani beliau menemui beberapa orang, termasuk bersilaturahmi ke kantor polisi (polsek terdekat). Pada setiap orang yang dijumpai beliau selalu menyempatkan bicara agama, mengenalkan usaha dakwah yang mulia ini.



Selepas dari kantor Polsek, kami meneruskan silaturahmi ke satu rumah penduduk yang sedang berduka. Seorang nenek dari keluarga ini baru saja meninggal dunia. Di dekat jenazah, sang Ustadz membacakan surah Yaasin kemudian memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk arwah si nenek.


Sebelum sholat Ashar, jenazah nenek ini disholatkan di masjid (langgar) tempat jamaah kami itikaf. Adapun yang menjadi imam sholat jenazah ini adalah si Ustadz lagi. Barangkali di kampung ini tidak ada guru agama nya atau tidak berada di kampung saat itu.

Salutnya, sang Ustadz tanpa sungkan ikut memikul keranda jenazah menuju pekuburan. Jarak pekuburan dari masjid sekitar 1 km. Sesekali pemikul keranda diganti, pun Si Ustadz.


membawa jenazah ke kubur


Setelah jenazah dikuburkan, sang Ustadz diminta pihak keluarga jenazah untuk memberikan nasehat agama dan doa, atau lebih dikenal dengan pembacaan talkin. rangkaian bacaan talkin dibacakan dengan dua bahasa, pertama bahasa Arab yang selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia per kalimat.

membaca talkin di kubur


Ada lagi hal lain yang menarik dari sang Ustadz ini. Ketika siang tadi kami lagi istirahat jelang sholat Ashar, tidak taunya sang Ustadz tanpa risih mengepel lantai masjid bagian depan. Sebenarnya dia bisa saja meminta salah satu dari kami untuk ngepel. Tentu saja kami yang ilmunya di bawah beliau akan bersedia untuk itu. Tapi itu tidak dilakukannya. Beliau lebih senang membersihkan lantai masjid sendiri. Tanpa bicara atau komentar, langsung amal. Subhanallah.

Ustadz mengepel lantai masjid




0 Komentar:

Posting Komentar