Hari ini Rabu 16 Oktober 2014 rencana akan diadakan acara pertemuan tabligh dakwah se-Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) bertempat di Masjid Sabilal Muttaqin Km 6 Muning Baru Nagara Daha Selatan. Acara dimulai bada Ashar waktu setempat atau kurang lebih pukul 16 wita hingga waktu Isya. Menurut informasi dari salah satu ahbab dalam dakwah, acara akan diisi oleh Ketua MUI Kabupaten HSS serta orangtua dalam dakwah tabligh dari Banjarmasin.
Para ahbab atau karkun yang aktif dalam dakwah tabligh adalah yang menggagas pertemuan tabligh tersebut. Walau begitu, pertemuan ini tidak khusus untuk para ahbab saja. Semua boleh datang, dan berhadir baik dari kalangan ulama, ustadz, umara ataupun ummat Islam umumnya yang ada di wilayah Kabupaten HSS, yaitu yang laki-laki saja. Semua boleh mengajak laki-laki muslim lainnya. Sebab dakwah dan tabligh adalah tugas semua insan yang mengaku sebagai umat Islam dan pengikut Rasulullah SAW. Tidak ada batasan baik dalam Al Quran atau hadits yang menerangkan bahwa kewajiban dakwah dan tabligh adalah hanya untuk golongan tertentu saja. Itu yang saya pahami.
Dengan menggunakan kecanggihan teknologi bernama hp dengan fitur sms nya, mengirim iklan, undangan atau pemberitahuan menjadi lebih mudah. Saya pun pagi hari ini memanfaatkan sms untuk mengabari dan mengajak teman-teman di kontak hp saya perihal acara tabligh dakwah tersebut. Bunyi sms dari saya diantaranya adalah, “Assalamualaikum wa rahmatullah, insya Allah hari ini acara tabligh dakwah mulai habis Ashar untuk laki-laki se-HSS di masjid muning negara, mari berhadir, bergerak dakwah”
Sebagian membalas sms saya dan sebagian lagi tidak. Yang membalas, rata-rata mengucapkan terimakasih atas informasinya. Sebagian menyatakan belum bisa datang, karena ada jadwal ikut pengajian Guru Duan di Kapuh, Kandangan. Satu yang lain ada yang membalas dengan bertanya: “Siapa keynote speaker’x bro?” Inilah yang menjadi ide tulisan ini.
Sudah lumrah memang setiap ada acara ceramah agama atau tabligh akbar misalnya, sang pembicara, mubaligh atau istilah nya keynote speaker selalu jadi pusat perhatian. Apabila sang pembicaranya sangat terkenal semisal Ustadz Arifin Ilham, KH. Zainudin MZ, atau siapa lagi, bisa dipastikan banyak yang datang. Berbeda jika sang mubaligh tidak dikenal. Itulah kebiasaan yang terjadi di masyarakat banjar umumnya atau hulu sungai umumnya.
Padahal semestinya siapapun yang menjadi pembicara dalam kegiatan dakwah dan tabligh, sebagai umat Islam kita mesti mendengar dan menerima selama yang disampaikan adalah berdasar pada Al Quran dan Sunnah. Sehingga ada kalimat, “lihatlah apa yang diucapkan, jangan lihat siapa yang menyampaikan”. Saya tidak ingat persis apakah itu hadits atau perkataan Sayyidina Ali radhiallahu anhu. Ulama besar seperti Maulana Muhammad Zakariyaa rahmatullah alaih, telah memberi kiasan yang sangat baik dalam kitab fadhilah amal yaitu, “sebodoh-bodoh orang, ia tidak akan mengatakan bahwa undang-undang pemerintah tidak penting untuk ditaati hanya karena undang-undang tsb disampaikan oleh tukang sapu jalan"
Dalam kegiatan tabligh dakwah yang saya ikuti, kita memang tidak diarahkan untuk mengajak kepada seseorang ustadz atau kiayi misalnya, tetapi kita mengajak kepada amal, kepada amalan agama, kepada Allah, bukan kepada makhluk. Itulah da’i yang benar, mengajak kepada Allah bukan mengajak kepada makhluk. Makhluk tidak bisa apa-apa, seorang alim atau habib pun tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan Allah.
Wallahu a’lam
Dengan menggunakan kecanggihan teknologi bernama hp dengan fitur sms nya, mengirim iklan, undangan atau pemberitahuan menjadi lebih mudah. Saya pun pagi hari ini memanfaatkan sms untuk mengabari dan mengajak teman-teman di kontak hp saya perihal acara tabligh dakwah tersebut. Bunyi sms dari saya diantaranya adalah, “Assalamualaikum wa rahmatullah, insya Allah hari ini acara tabligh dakwah mulai habis Ashar untuk laki-laki se-HSS di masjid muning negara, mari berhadir, bergerak dakwah”
Sebagian membalas sms saya dan sebagian lagi tidak. Yang membalas, rata-rata mengucapkan terimakasih atas informasinya. Sebagian menyatakan belum bisa datang, karena ada jadwal ikut pengajian Guru Duan di Kapuh, Kandangan. Satu yang lain ada yang membalas dengan bertanya: “Siapa keynote speaker’x bro?” Inilah yang menjadi ide tulisan ini.
Sudah lumrah memang setiap ada acara ceramah agama atau tabligh akbar misalnya, sang pembicara, mubaligh atau istilah nya keynote speaker selalu jadi pusat perhatian. Apabila sang pembicaranya sangat terkenal semisal Ustadz Arifin Ilham, KH. Zainudin MZ, atau siapa lagi, bisa dipastikan banyak yang datang. Berbeda jika sang mubaligh tidak dikenal. Itulah kebiasaan yang terjadi di masyarakat banjar umumnya atau hulu sungai umumnya.
Padahal semestinya siapapun yang menjadi pembicara dalam kegiatan dakwah dan tabligh, sebagai umat Islam kita mesti mendengar dan menerima selama yang disampaikan adalah berdasar pada Al Quran dan Sunnah. Sehingga ada kalimat, “lihatlah apa yang diucapkan, jangan lihat siapa yang menyampaikan”. Saya tidak ingat persis apakah itu hadits atau perkataan Sayyidina Ali radhiallahu anhu. Ulama besar seperti Maulana Muhammad Zakariyaa rahmatullah alaih, telah memberi kiasan yang sangat baik dalam kitab fadhilah amal yaitu, “sebodoh-bodoh orang, ia tidak akan mengatakan bahwa undang-undang pemerintah tidak penting untuk ditaati hanya karena undang-undang tsb disampaikan oleh tukang sapu jalan"
Dalam kegiatan tabligh dakwah yang saya ikuti, kita memang tidak diarahkan untuk mengajak kepada seseorang ustadz atau kiayi misalnya, tetapi kita mengajak kepada amal, kepada amalan agama, kepada Allah, bukan kepada makhluk. Itulah da’i yang benar, mengajak kepada Allah bukan mengajak kepada makhluk. Makhluk tidak bisa apa-apa, seorang alim atau habib pun tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan Allah.
Wallahu a’lam
0 Komentar:
Posting Komentar