Sore tadi seorang teman saya sedikit berkeluh kesah. Kurang lebih katanya, "belum selesai yang satu, sudah nambah beban yang lain". Memang bukan pertanda putus asa, hanya satu gejala bahwa dia sedang capek saja kayaknya.

Teman saya ini sedang menempuh studi pendidikan strata dua di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Saat ini dia sedang sibuk-sibuknya memulai mengerjakan tugas akhir kuliah pascasarjana, yaitu proposal tesis. Itulah yang dimaksudnya sebagai yang "satu" di awal tulisan ini. Sedangkan "yang lain" adalah apa yang baru dia dapatkan sore tadi.

Ceritanya, dia satu kelas dikumpulkan oleh sekretariat pascasarjana tempatnya kuliah dalam suatu pertemuan. Dari pertemuan tersebut didapat informasi bahwa untuk dapat lulus program magister (pascasarjana) di universitasnya, harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional diutamakan yang terakreditasi Dikti. Inilah yang dimaksud "yang lain" itu.

Harus diakui, masalah terbesar untuk selesai program magister kan umumnya ada di tesis. Ini memerlukan konsentrasi dan perhatian serius dari mahasiswa. Banyak mahasiswa stress gara-gara ini. Tapi saya yakin teman saya bukan termasuk salah satunya. Hanya saja mungkin yang terjadi sore tadi adalah apa yang diluar dugaannya. Jadi yang muncul adalah perasaan kaget, hingga keluarlah ucapan seperti bernada keluh kesah dari mulutnya.

Sebenarnya keharusan publikasi karya ilmiah sudah cukup lama diberlakukan ketentuannya oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tepatnya bulan Januari 2012, jika melirik surat edaran Dirjen Dikti. Namun dalam implementasi, banyak perguruan tinggi yang mungkin belum siap untuk melaksanakannya. Banyak hal yang menjadi kendal, saya tidak sebutkan itu disini.

Yang hendak saya sampaikan lewat tulisan ini adalah bagaimana hendaknya kita ketika menghadapi masalah yang tidak terduga sama sekali seperti kasus teman saya tadi. Tentu tidak mudah jika kita mengalaminya sendiri. Tetapi setidaknya kita tidak takut atau berkecil hati karenanya. Sifat rileks dan tenang adalah hal yang selalu saya upayakan saat ketemu masalah, terlebih itu masalah yang melibatkan proses berpikir dalam waktu yang tidak singkat. Selanjutnya adalah berusaha semampu mungkin, dan selebihnya adalah urusan Tuhan, apakah berhasil atau gagal.

Ibarat air, saya lebih senang menyebut yang penting seperti air ya mengalir aja. Mengalir apa adanya. Air jika tidak mengalir lama kelamaan akan bau, dan bahkan bisa menjadi sumber berbagai penyakit. Sebaliknya air yang mengalir akan mampu menghilangkan kotoran, bahkan bisa menjadi suci lagi mensucikan. Begitu juga kita manusia.

Selama ada usaha dan tawakal, berserah diri, insya Allah semua ada jalannya. Lihat saja seorang petani yang mengolah tanah persawahan lalu menabur benih. Benih akan ia tinggalkan pulang. Yang menumbuhkan bukan urusan dia lagi kan? Begitu juga kita, yang penting berusaha, lalu kembalikan semua kepadaNYA, berhasil atau gagal, itu keputusanNYA.

Untuk publikasi ilmiah, mengutip pesan teman saya di blog Guru Indonesia, "Menulis, menulis, menulis dan menulis" ! 

Semangat!


0 Komentar:

Posting Komentar