"Kekhawatiran akan rezeki esok hari dicatat untukmu sebagai sebuah dosa.” (Sufyan bin Uyainah, Siyar A’lam an-Nubala, 14/298)
Salah satu bagian dari pembahasan keimanan adalah masalah rezeki.
Yakni meyakini bahwa setiap makhluk di muka bumi memiliki rezekinya masing-masing yakni suatu hal yang telah Allah jamin atas mereka.
Bahwa rezeki berada di tangan Allah SWT. Bahwa Allah SWT telah menetapkan dan menjamin rezeki bagi setiap hamba. Bahwa rezeki tersebut akan diberikan kepada hamba-Nya dalam kondisi apapun.
Baik orang yang birrun (baik) ataupun yang faajirun (jahat), baik Mukmin atau kafir, semua telah ditetapkan rezekinya. Rezeki itu akan datang kepadanya baik meminta dengan cara yang haram atau cara yang halal.
Khalifah Umar bin Khattab ra pernah berkata :
“Ada “Tirai” yang menutupi seorang hamba dengan rezekinya. Bila ia merasa cukup atau qanaah dengannya, dan jiwanya ridho, maka pasti rezekinya akan datang. Namun bila ia menerobos dan menyobek “Tirai” tersebut, maka rezekinya tidak akan bertambah melampaui batas yang ditentukan.” [Jaami’ul Ulum Wal Hikam 2/231]
Oleh karena itu, bagi seorang mukmin, hendaknya selalu memiliki sifat ridho dan qana'ah dalam dirinya, dan senantiasa sabar dalam berikhtiar saat mencari rezeki, yakni dengan cara yang halal bukan dengan cara yang haram.
(Ust.Adi.v)
#copas sumber: https://www.facebook.com/100052561269657/posts/466557331772972/
0 Komentar:
Posting Komentar