Saya, Alumni MAPK, dan Guru Mulia
Guru Kapuh dalam Ingatan
Awal mengenal beliau, saat nyantri di MAPK Martapura, antara tahun 1996-1999. Saat itu, beliau mengabdikan diri sebagai Ustadz toturial. Selain itu beliau juga merupakan Ustadz di SMIH Bincau. Tidak banyak yang saya ketahui tentang beliau kecuali sebatas Ustadz yang sederhana nan bersahaja yang sehari-harinya menggunakan sepeda pancal untuk mengikuti pengajian Abah Guru Sekumpul.
Sore saat Beliau meninggal, grup WA Alumni MAPK Martapura angkatan 99 ramai membicarakan Beliau. Mereka yang sempat belajar di SMIH, Bincau kemudian melanjutkan di MAPK Martapura semacam ber-ijma’ bahwa Beliau adalah sosok guru yang tidak pernah marah. Menurut Rasyid Ridho, “Mulai Tsanawiyah sampai di MAPK, Ulun kada pernah meliat Sidin sarik waktu ngajar.” “Sidin malihati bumi ja mun bejalan. Kaya jalannya, Rasulullah, laju, menunduk,” ujar Nizhomuddin. “Dasar kada pernah tatamu peguruan kaya beliau seumur-umur,” Rasyid Ridho menambahkan. ‘ala kulli hâl, apapun itu, semuanya adalah bentuk kekaguman sebagian kecil santri MAPK, murid Beliau, yang sempat sedikit belajar dengan Beliau meski hanya beberapa saat.
Saat kuliah, saya sempat mendengar, Beliau sudah menjadi Tuan Guru besar dengan pengajian besar di Kapuh, Kandangan. Pertemuan pertama setelah menamatkan kuliah, adalah saat Beliau berkunjung ke Istana Anak Yatim Batulicin diundang Ayahanda Zairullah Azhar yang saya lupa entah kapan itu. Jelasnya antara tahun 2008 sampai 2012. Kala itu, saya mendatangi dan menyapa Beliau. Mengenalkan diri kepada Beliau. Senyum khas nampak menghias raut muka Beliau. Meski saya tidak sepenuhnya yakin, namun Beliau mengatakan masih ingat dengan saya. Masih ingat atau tidak, saya ber-husnuzzhân saja kalau beliau masih ingat. Tentu saya sangat senang diingat oleh Guru, meskipun hanya belajar beberapa saat. Minimal Beliau telah menyenangkan hati saya. Dan menyenangkan orang lain adalah akhlak mulia.
Saya mencoba untuk mengingat pertemuan lain dengan Beliau. Ingatan saya kemudian tertuju pada massengger FB dimana saya pernah menghubungi Isteri Beliau via massenger. Saat itu saya berharap dapat terhubung dengan Beliau. Dalam chat pertanggal 7 Mei 2015 itu, Ibu menulis, “Ikam kenalkah dengan Guru M. Ridwan. Dahulu pernah mengajar MAPK Martapura 8 tahun?” Saya menjawab chat Beliau, “Inggih, Bu. Ulun sempat belajar lawan Sidin, di MAPK. Ulun pernah juwa ke wadah Piyan lawan Pa Zairullah. Salam untuk Guru. Mohon doa, Piyan.” Permohonan doá itu dijawab oleh Ibu dengan, “Semoga Ikam menjadi seorang Ustadz yang alim dan zuhud. Sebab itulah yang akan membuat Ikam mulia di sisi Allah dan seluruh manusia.” Doà sekaligus pesan Ibu ini bagi saya sangat luar biasa. Sungguh bahagia tak terkira mendapat doá demikian dari Ibu.
Diksi kata zuhud yang Ibu pilih tentu tidak hadir di ruang hampa. Namun merupakan ajaran dari suami Beliau, Guru Kapuh dan wujud di keluarga Beliau. Tulisan Kanda Ahmad Padli, alumni MAPK Martapura, Wakil Ketua PA Barabai, mungkin mewakili makna zuhud yang dimaksud Ibu dalam doánya. Tulisan bertajuk Ustadz Berkopiah Jangang ditulis diakun FB-nya. Menurut riwayat Kanda Harisuddin, alumni MAPK, pernah menjabat sebagai Ketua STIT Darul Ulum, Kandangan, Kopiah Jangang itu masih ada dan dipakai salah seorang murid Beliau. Dalam tulisannya, Kanda Ahmad Padli menyebut, “Ustadz Berkopiah Jangang bersama keluarga kecil Beliau mendiami rumah bedakan kecil dari kayu berada tepat di belakang laboratorium bahasa, berjarak 25 meter dari Mushalla Al-Munawwir, tempat dipusatkannya kegiatan siswa MAPK Martapura.”
Ada pertanyaan besar yang terlontar dari Kanda Ahmad Padli dalam tulisannya. “Mengapa beliau yang kemampuannya luar biasa dalam memberikan pemahaman terhadap materi-materi berat, baik dalam bidang Tauhid, Fiqih, Ushul Fiqh, Tafsir, Tasawuf, dan lain-lain, serta konsistensi Beliau dalam pengamalannya, mau mengabdikan diri di sekolah kami dengan hanya mendapat fasilitas sangat terbatas berupa rumah bedakan kecil dan barang kali kesejahteraan yang juga tidak terlalu memadai. Padahal dengan kapasitas yang Beliau miliki, tampaknya tidak sulit untuk mencari tempat pengabdian yang lebih menjanjikan dari sisi kesejahteraan.”
Lain lagi dengan Kanda Amrullah yang juga alumni MAPK Martapura, kini Kepala SDN Antasari, Tapin Utara. Kanda Amrullah dalam postingan di grup WA IKA MAPK-MAK Martapura yang menghimpun alumni lintas generasi, mencoba menginventaris di antara kebaikan Guru Kapuh. Sifat qanaáh diantaranya. Kanda Amrullah menyebut bahwa, “Qanaáh Sidin luar biasa. Walaupun dalam kondisi ekonomi pas-pasan, kada mau minta makanan di dapur kita. Mau makan di dapur bila memang Sidin ada jam mengajar.”
Akhlak baik lainnya yang direkam Kanda Amrullah adalah, “Kada melupaakan lawan urang lain. Apalagi murid. Walau Sidin kada ingat lagi. Asal disambat aja bahwa kita dulu pernah tekumpul dan belajar lawan Sidin di MAPK, langsung misra Sidin.” Masih menurut Kanda Amrullah, “…mujahadah dan himmah Sidin dalam menuntut ilmu. Pas Sidin tulak ka Sakumpul habis Ashar, lalu di muka kelas kita, menuntun sepeda mini buruk Sidin dengan keranjang di muka nang dijadikan wadah gasan maandak kitab.”
Di poin terakhir, setelah sekitar 10 poin yang Kanda Amrullah inventaris, “Beliau yang Ulun kenal selama kita sekolah adalah sebagai orang yang alim yang sangat wara’. Persis seperti keadaan Guru Sidin, Guru Sekumpul. Ini yang menurut Ulun membuat ilmu dan amal Sidin menjadi berbobot dan berpengaruh terhadap diri para murid Sidin.”
Di grup yang sama, Kanda Abdullah, Ketua Pengadilan Agama Muara Teweh, menulis ulang ceramah Guru Kapuh pada acara halal bi halal bersama Alumni Pondok Pesantren Hidayatullah Taman Hudaya Bincau, Martapura, Juli 2019. Dalam ceramah yang disebut Guru Kapuh sebagai nostalgia 21 tahun yang lalu itu, beliau bercerita tentang asal muasal sejarah hijrah dari Kandangan ke Martapura. Termasuk kemudian memilih MAPK Martapura sebagai tempat mengabdikan diri. “…jadi itu jaman dahulu itu kaitu. Karena waktu itu Ulun lebih fokus kepada menuntut ilmu. Jadi prioritas pertama niatan Ulun pindah ke Martapura mengaji sambil mengajar sambil badagang. Karena honor kita seberapa ada. Ini terus terang haja. Blak-blakan haja. Kalau kada salah. Kalau kada salah, Ulun dua Pondok, pertama disini (SMIH), kedua di MAPK sore-sore mengajar toturial, pagi di Hidayatullah (SMIH) totalnya sekitar 100.000 sebulan, dua-duanya. Jadi 100.000 itu dipikirakan kayapa caranya supaya cukup. Jadi bini Ulun nukar pisang, nukar gumbili diolah wadai di antar ke koperasi, supaya cukup pemakan sebulan.” Penggalan kisah ini tentu sangat menginspirasi. Bahwa Beliau adalah sosok yang mempunyai semangat belajar tinggi, fokus terhadap prioritas hidup, dan pantang menyerah.
10 Juni 2021, mewakili Organisasi Internasional Alumni Azhar (OIAA) Kalimantan, saya diundang MUI Hulu Sungai Selatan melalui Ustadz Zaki Mubarak, Ketua Komisi Fatwa-nya, yang juga alumni MAPK Martapura, untuk menyampaikan materi ke-Azharan dalam acara sosialisasi beasiswa studi lanjut Mesir dan Yaman bagi santri di Kandangan. Undangan yang diketahui dan ditanda tangani oleh Guru Kapuh itu membuat saya berharap besar dapat bersua dengan Beliau. Kami datang sedikit terlambat, saat acara seremonial sudah dimulai. Nampak Beliau dan Bupati duduk di depan.
Usai seremonial, kami dipersilakan ke depan. Beliau duduk di kursi bersama peserta yang lain. Ada kekhawatiran Beliau pulang dan saya tidak sempat bersua. Saat akan memulai acara, Beliau mendatangi dan membawakan sendiri kotak makan ringan untuk Saya. Mâsya Allah Tabârakallâh. Akhlak luar biasa dari pribadi luar biasa yang akan selalu akan Saya ingat sepanjang masa.
Kekhawatiran Saya ternyata meleset. Beliau tidak pulang, bahkan mengikuti acara dengan seksama hingga selesai. Sesekali Saya melihat Beliau, nampak Beliau tersenyum, senyumnya yang khas. Acara berlangsung sekitar dua jam. Seingat Saya, Beliau tidak beranjak dari tempat duduk. Namun tetap memperhatikan. Hanya pribadi dengan tingkat ke-tawadhu’-an yang tinggi yang dapat melakukannya. Apalagi nara sumbernya adalah Saya, yang pernah sesaat menjadi murid Beliau, dengan kapasitas keilmuan terbatas.
Di akhir acara, Alhamdulillah hajat Saya terkabul. Saya dapat bersua dan berbicara dengan Beliau. Meski hanya dalam hitungan menit. Pembicaraan yang memang sudah Saya setting jauh hari sebelumnya. Pertama saya menyampaikan salam dari Kanda Rusmadi, sekarang Kasubbag Tata Usaha Kementerian Agama Paser, alumni MAPK Martapura, tinggal di Tanah Grogot. Beliau menjawab salam dan menyampaikan salam yang sama.
Setelah itu kami berphoto bersama. Saya memohon doá Beliau untuk Pondok Pesantren Al Mazaya Paser yang rencana kami bangun. “Doákan Ulun. Mohon doa Piyan juwa, Ulun sedang membangun Pondok, Guru.” Beliau bertanya, “Inggih. Apa ngaran Yayasannya?” tanya Beliau. “az-Zaini al-Azhari, Guru,”jawab Saya singkat. “Mudahan berkah,”ujar Sidin. Betapa senang hati tak terperi kala itu. Mendapat do’a dari Beliau.
11 Agustus 2021, Guru Kapuh berpulang ke-rahmatullâh setelah beberapa hari beredar informasi Beliau sakit. Meninggalnya Beliau adalah istirahat menurut bahasa Habib Segaf Baharun dalam ta’ziahnya. “…padahal Beliau adalah seorang Guru yang muridnya pas hari Ahad itu muridnya yang hadir itu sampai dua puluh satu ribu. Begitu besarnya manfaatnya terhadap umat. Tapi apa hendak dikata. Allah berkehendak biar dia istirahat… “ Mustarîh seperti disabdakan Sang Nabi.
Ribuan orang melepas kepergian Beliau. Baik di dunia nyata maupun dunia maya. Pertanyaannya kemudian adalah mengapa? Karena mereka mencintai Guru Kapuh sebagaimana Guru Kapuh mencintai mereka. Dan bahwa Allah mencintai Guru Kapuh.
“Sungguh Allah bila mencintai seseorang hamba, memanggil Jibril. “Aku mencintai orang itu. Maka cintailah dia!”titah-Nya. Jibril kemudian mencintainya. Jibril mengumumkan kepada penduduk langit, “Sungguh Allah mencintai orang itu, maka kalian cintailah dia. Penduduk langitpun mencintainya. Maka seorang itu dicintai penduduk bumi.” H.R. Muslim.
Semoga dengan wasilah mencintai Beliau, kitapun mendapat cinta-Nya. Karena seseorang bersama orang yang dicintainya.
Lahul Faatihah
Tanah Grogot, 15 Agustus 2021
Khâdim al-Mazaya
#tanpa_mereka_kita_bukan_siapa_siapa
#man_nahnu_lawlaahum
https://www.facebook.com/100007290249867/posts/2942538115999168/
0 Komentar:
Posting Komentar