Hari Minggu, 21 Desember 2014, ada kehebohan di Kandangan. Pagi hari sekitar pukul 7, telah ditemukan sesosok mayat wanita dekat Kantor Camat Kandangan. Belakangan diketahui bahwa wanita itu adalah seorang guru BK di SMPN 1 Kandangan. Namanya Maria Ulfah, istri dari seorang guru SMAN 1 Kandangan, Nasrullah Fitri.

Meski kejadian penemuan jenazah bu Maria Ulfah itu terjadi pagi hari, ane baru mengetahuinya setelah zuhur. Salah satu teman FB menuliskan status lengkap dengan foto almarhumah: Selamat jalan kawan....semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT diampuni segala dosa2mu dan di berikan tempat yang layak di sisiNya serta orang yang melakukan pembunuhan ini segera di ketemukan amin. Berdasarkan beberapa komentar yang diberikan pada status itu, diduga terjadi perampokan dan pembunuhan pada bu Maria. Selain dari status teman itu, ane juga menemukan informasi dari Emergency Lima Ratus Banjarmasin, dan satu grup FB.

Keesokan harinya, Kalimantan Post menulis berita tentang kematian Maria Ulfah dengan judul berita: Maria Ulfah, Guru SMP Diduga Dibunuh. Berita meninggalnya ibu guru Maria Ulfah juga diturunkan oleh Radar Banjarmasin edisi 22 Desember 2014 dengan judul: Ibu Guru Tewas Tertelungkup.

radar banjarmasin 22 Desember 2014

Berdasarkan berita yang beredar, dugaan kuat kematian bu Maria memang tidak wajar. Diduga telah terjadi pembunuhan atasnya. Bila ini yang terjadi ane merasa turut berduka. Semoga keluarga yang ditinggal diberi kesabaran dan ketabahan. Sebagai warga Kandangan, ane merasa bahwa keamanan dan kenyamanan hidup di Kandangan sudah mulai tertanggu. Kasus pembunuhan ini menyiratkan bahwa telah terjadi pergeseran nilai di Kandangan. Sangat menyedihkan apabila perilaku kriminalitas yang acap diberitakan di TV kini sudah terjadi di Kandangan.

Sampai hari ini, Kamis 25 Desember 2014, misteri kematian bu Maria mulai terungkap. Seorang teman mengupload foto koran Radar Banjarmasin yang memuat berita berjudul: Pembunuh Ibu Guru BK Menyerah. Teman ane yang lain malah mengupload foto pelaku pembunuhan bu Maria. (Ane bikin miring kata pelaku karena ane belum tahu fakta sesungguhnya). Benarkah dia pelakunya? Wallahu a'lam.

Membaca beragam komentar di bawahnya, konon pelaku adalah seorang guru SMP juga, bahkan seorang kepala sekolah. Motif kematian bu Maria adalah karena perselingkuhan hingga mengakibatkan pembunuhan. Apakah ini fakta sesungguhnya? Sekali lagi Wallahu a'lam. Ane tidak dapat mengatakan bahwa fakta siapa pembunuhnya sudah ada, misteri sudah terkuak. Sebabnya berita informasi dan komentar yang ada banyak macamnya. Belum ada kepastian dan kejelasan. Koran juga tidak mutlak 100% benar

Fakta yang ane dapatkan hingga hari ini adalah bahwa: Bu Maria Ulfah guru BK di SMPN 1 Kandangan telah meninggal dunia. Hingga kini kasusnya masih diselidiki oleh polisi selaku pihak berwajib.

Selanjutnya apabila ada berita bahwa terjadi perselingkuhan lalu pembunuhan, sebaiknya Anda tidak percaya. Sebaiknya Anda tidak menyebarluaskannya. Sebaiknya Anda tidak mengatakan bahwa si fulan adalah pembunuhnya. Atau berita-berita jelek lainnya. Sebaiknya Anda jangan mengabarkan berita yang belum pasti kebenarannya. Jika berita itu salah maka Anda sudah membuat fitnah, dan apabila benar maka itu ghibah namanya. Keduanya, fitnah dan ghibah, adalah ladang dosa. Oleh sebab itu jangan lakukan.

Mengutip status teman ane yang memuat ayat suci AlQuran:

Al Hujurat ayat 6 : Hai orang-orang yg beriman, jika datang kepadamu org fasik membawa suatu berita, mk periksalah dgn teliti agar kamu tdk menimpakan suatu musibah kpd suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yg menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Ayat 12:
Hai org yg beriman jauhilah kebykan buruk sangka (kecurigaan), krn sebagian dr buruk sangka itu dosa. Dan jgnlah men-cari2 keburukan org dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yg suka memakan daging saudaranya yg sdh mati? Mk tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kpd Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.


12 Komentar:

  1. Balasan
    1. semoga kita bisa menahan diri agar tidak terjerumus dalam fitnah atau ghibah. apa untungnya bagi kita, malah salah-salah hanya mendapat dosa saja. kisah ini semoga menjadi pelajaran: Kisah Menuduh Orang Berzina

      Membicarakan aib suadara, teman atau rekan memang sebuah dosa. Apalagi bila tujuannya untuk sekedar menjelekkan atau menyebarkan ke publik. Sehingga semakin banyak orang yang tahu kelemahan dan keburukan.

      Kalau pun ada tujuan mulia dari membicarakan keburukan saudara kita, maka wilayahnya sangat sempit dan terbatas. Tidak semua orang punya hak untuk melakukannya. Dan tidak semua orang boleh diperlakukan seperti itu. Juga tidak setiap saat dibenarkan melakukannya.

      silakan baca lebih lanjut tentang Penjelasan Ghibah yang dibolehkan

      Hapus
  2. Blog yang bagus,, mksh yaa sdh mengingatkan saya lewat tulisan di Blog ini... semoga amal ibadahnya d terima allah swt.. dan suamix semoga bisa mengikhlaskan istrinya dan memaafkan segala k salahan istrix amien...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..
      terimakasih sudah menyempatkan membaca tulisan ane :)
      semoga bermanfaat

      Hapus
    2. turut berduka cita, Maria teman baik kami dan seangkatan kuliah, semoga almarhum diberi tempat yang layak di sisi NYA dan kebenaran misteri pembunuhannya segera terkuak

      Hapus
    3. berarti bapak ini dan bu Maria sama-sama kuliah di Uniska Banjarmasin ya.
      Insya Allah dengan sebab doa yg tulus dari kaum muslimin seperti bapak. Aamiin

      Hapus
  3. Sangat setuju apa yang anda kemukakan, memfitnah, ghibah, mejelekan harus kita hindari. Namun berita yang ada di koran bukanlah asal tulis, para jurnalis terikat aturan hukum dalam bekerja, kalau itu salah mereka (koran) bisa dituntut secara hukum. Jadi untuk apa kita meragukan berita yang ada di koran, kalau ada yang keberatan dengan pemberitaan tuntut saja penerbitnya. Dan aparat hukum dalam hal ini Polres HSS bukan asal tangkap/proses hukum terrhadap seseorang yang diduga pelaku pembunuhan, meski proses hukum ini akan terus berjalan, semoga saja hakim nantinya bisa memberi vonis yang adil dan memenuhi rasa keadilan. Kita tentu tidak mengharapkan kasus ini tidak tuntas, pelaku bisa bebas dari jerat hukum, jangan sampai pepatah lama dipakai lagi dizaman ini, yaitu hutang nyawa dibayar nyawa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas komentar Anda. Ane rasa lebih bagus jika Anda bisa memperkenalkan diri setelah memberikan komentar. Ane sepakat bahwa hukum harus ditegakkan atas pembunuhan bu Maria ini. Untuk prosesnya kita percayakan sepenuhnya pada aparat Polisi dan kita tunggu putusan Pengadilan. Adapun tulisan ane ini sejatinya bukan untuk melemahkan proses hukum. Tulisan ini sekadar sepengetahuan ane, yang mungkin berbeda tujuan dengan tulisan surat kabar. Nah, Ane tidak bisa menjamin bahwa berita surat kabar yang lengkap hingga kronologisnya itu benar 100%, entahlah kalau para jurnalis. Ane juga tidak mau repot-repot hingga menuntut para jurnalis. Semoga saja kita bisa belajar lagi, juga para Jurnalis yang saban hari berkecimpung dalam pemberitaan. Belajar mana berita fakta, mana fitnah, mana ghibah, mana yang boleh dan mana yang menjadi ladang dosa. Tulisan tentang "ghibah yang dibolehkan" yang ane berikan link-nya pada komentar ane di atas bisa dijadikan sebagai salah satu referensi untuk itu.

      Hapus
  4. Ini ada catatan untuk Para Jurnalis dan kita semua (bisa sebagai pengguna media sosial):

    ANTARA PEMBERITAAN MH370 DAN QZ8501: sebuah pelajaran dari Australia

    Ini tulisan ringan saja. Tentang pengalaman saya menjadi kontributor TV One untuk kawasan Australia dan mengabarkan update demi update mengenai musibah MH370.

    TV One? Betul, TV yang sedang dikritik pedas banyak kalangan akibat menyiarkan gambar korban QZ8501.

    =====

    Setelah diduga MH370 jatuh di kawasan Samudera Hindia yang sangat dekat ke Australia, Pemerintah Australia pun langung tancap gas memimpin proses pencarian pesawat. Selain karena faktor lokasi, di antara ratusan korban jiwa, enam orang di antaranya adalah warga negara Australia. Seperti negara-negara lainnya, Australia berduka.

    Tugas saya sebagai kontributor tentu saja mencari data dan informasi sebanyak mungkin mengenai MH370. Asumsinya, posisi saya di Australia memungkinkan saya untuk mendapat data dan informasi lebih banyak dan lebih akurat. Dan memang asumsi itu ada betulnya. Karena sangat sering sekali media Australia baik itu televisi, radio, cetak, dan online mengangkat berita mengenai ini. Headline? Itu sudah pasti.

    Ternyata, sekalipun gaung musibah MH370 begitu mendunia, cara dan gaya media Australia mengangkat peristiwa ini sungguh sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di Indonesia. Kabar yang diedarkan tidak didominasi banyak spekulasi, teori, dan konspirasi ini itu. Selain itu, media Australia pun relatif tidak gemar menyiarkan tayangan dengan gaya penyampaian penuh drama yang biasanya melibatkan kabar dan gambar tangis dan duka dari keluarga korban.

    Ketidaksimpangsiuran berita terjadi karena Pemerintah Australia memastikan bahwa pintu informasi mengenai berbagai perkembangan pencarian MH370 dipastikan hanya melalui satu pintu. Pertama kali melalui siaran pers yang dikeluarkan oleh Australian Maritime Safety Authority (AMSA) dan kemudian melalui Joint Agency Coordination Center (JACC). Institusi terakhir dibentuk secara khusus untuk melayani kebutuhan informasi publik mengenai perkembangan pencarian MH370. Setelah JACC dibentuk, AMSA pun di-non-aktifkan dari fungsinya sebagai penerangan publik pencarian MH370. Intinya, informasi publik kembali hanya lewat satu pintu. Di luar sumber resmi itu, orang pun sungkan untuk memberikan komentar.

    Waktu pertama kali dihubungi TV One untuk memberitakan pencarian MH370, saya langsung mencari ahli di bidang penerbangan asal Indonesia yang berada di Australia. Orang pertama yang saya hubungi adalah Mas Bagus Nugroho, mahasiswa PhD Indonesia di bidang Fluid Mechanic di the University of Melbourne. Kalau melihat profilnya secara lebih lengkap, saya hakkul yakin Mas Bagus bisa bicara tentang berbagai teori terkait hilangnya MH370. Tapi, dia menolak untuk berkomentar karena dia merasa bukan orang yang tepat. Sebagai wartawan saya kecewa karena kehilangan narasumber. Tapi pada saat bersamaan saya acung jempol. Pasalnya, ia memilih untuk tidak berkomentar jika hanya menambah kesimpangsiuran berita.

    bersambung ..

    BalasHapus
  5. Ini berbeda dengan di Indonesia. Seingat saya, sangat jarang calon narasumber menolak permintaan wawancara. Sekalipun narasumber itu hanya punya teori ini dan itu tanpa tahu betul-betul kondisi di lapangan.

    Balik lagi ke Pemerintah Australia. Dalam praktiknya, Pemerintah Australia seingat saya tidak pernah mengeluarkan pernyataan tanpa dilandasi bukti dan data. Dengan cara seperti itu, informasi betul-betul akurat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Saya pun sebagai wartawan menjadi sangat percaya diri mengabarkan berbagai perkembangan karena yakin bahwa informasi yang saya sampaikan tidak akan membuat publik semakin bingung.

    BalasHapus
  6. Lalu, bagaimana dengan isu privasi?

    Perlu diakui, secara umum, pemerintah dan warga Australia memang sangat menjunjung tinggi privasi seseorang. Misalnya saja, kita tidak bisa sembarangan ambil foto/video seseorang (sekalipun di tempat umum) tanpa seizin orang yang bersangkutan (kalau anak kecil, kita harus izin orang tuanya). Akibatnya, saya pun sangat-sangat-sangat jarang mengambil gambar close-up wajah orang.

    Dan kalau menyangkut informasi yang akan disiarkan melalui media massa, itu akan jauh-jauh-jauh lebih sulit lagi. Biasanya kita bahkan perlu membuat izin dalam bentuk surat dengan butir-butir perjanjian di dalamnya. Surat itu namanya consent letter. Lebih jauh lagi, para pelanggar privasi pun bisa dijerat hukum. Akibat dari semua itu, tentu adalah mustahil bagi wartawan untuk dapat menggali informasi tanpa memikirkan prinsip ke-privasi-an dan kehati-hatian.

    Selama peristiwa pencarian MH370, gambar-gambar yang beredar tidak mengumbar tangis para keluarga korban. Gambar didominasi dengan konferensi pers dan proses pencarian (yang hanya gambar pilot, pesawat pencari, dan laut). Media massa cetak dan online pun sangat minim memuat pernyataan dari para keluarga korban.

    Saya sangat melihat bahwa media massa di Australia “menjaga jarak” dan “memberikan ruang” bagi keluarga korban agar bisa lebih tenang menghadapi musibah yang terjadi.

    Ini tentu sangat berbeda sekali dengan di Indonesia.

    Pengalaman menjadi wartawan di Indonesia, umumnya orang sangat ingin tampil di media. Apalagi televisi. Begitu kamera on, tidak sedikit orang yang secara sukarela pasang badan supaya terekam. Kalau sudah begini tentu izin menjadi tidak perlu lagi. Istilah populernya, banci tampil.

    Mayoritas warga di Indonesia pun bisa dengan mudahnya memberikan komentarnya kepada media massa. Umumnya mereka bisa dengan mudah bicara satu hal tanpa memikirkan konsekuensinya.

    Misalnya, jika ada seseorang membunuh anggota keluarganya dengan cara mengenaskan, tetangga atau siapa pun yang kenal dengan pelaku akan dengan mudahnya bicara melalui media massa mengenai sosok pelaku. Ini namanya, ghibah (gosip) masal.

    Kemampuan mayoritas warga di Indonesia untuk dapat membedakan informasi apa saja yang bisa dipublikkan, nampaknya memang perlu lebih banyak jam terbang.

    Perilaku sebagian besar warga kita pun bertepuk dua tangan dengan perilaku media massa kita. Walhasil, ketika terjadi suatu musibah, berbagai informasi dan gambar bersliweran dengan mudah di media massa. Tidak peduli informasi itu benar atau salah. Pun tidak peduli apakah informasi/gambar/video yang beredar itu layak atau tidak. Media massa pun jadi gemar memblejeti berbagai angle untuk mengupas sebuah peristiwa setuntas-tuntasnya tanpa peduli batas-batas mana yang tidak bisa dilanggar.

    BalasHapus
  7. Kasus terkait penyiaran gambar korban QZ8501 terjadi ketika ada awak dua televisi swasta nasional (TV One dan Metro TV) yang ikut serta di dalam helikopter pengevakuasi. Akhirnya visual gambar korban pun terekam oleh media tersebut. TV One menyiarkan gambar itu paling awal. Sementara Metro TV dan TVRI juga menayangkannya namun agak terlambat .

    Sementara itu, informasi terbaru menyebutkan, gambar tersebut berasal dari Basarnas. Pihak TV One, Metro TV dan TVRI sejauh pengamatan saya sampai saat ini belum juga memberikan klarifikasinya.

    Persoalan apakah awak media dapat ikut serta proses evakuasi korban QZ8501 memang masih bisa diperdebatkan. Namun, pada saat pencarian MH370 berlangsung, tidak ada satu pun media Australia yang bisa ikut serta misi pencarian. Visual pencarian yang diedarkan diambil oleh pihak pemerintah. Memang ada beberapa media asing yang ikut misi pencarian. Namun beberapa media asing itu hanya berada di pesawat negara mereka yang ikut misi pencarian (misalnya media dari Tiongkok dan Amerika Serikat).

    Singkatnya, mengabarkan perkembangan pencarian MH370 dari bumi Kangguru memberikan saya banyak pelajaran. Terutama, saya menyadari, media massa di Indonesia perlu banyak lagi belajar tentang privasi dan prinsip kehati-hatian. Pemerintah dan publik pun harus lebih tegas dan lebih galak lagi mengawal media.

    sumber facebook Ismail Fahmi: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1536966469900952&set=a.1448371085427158.1073741832.100007628404695&type=1

    diakses 1 Januari 2015

    BalasHapus