Coba kesampingkan dulu motif yang berada di balik kasus yang menjerat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (non aktif) Antasari Azhar. Sebab, bicara motif, sementara ini kita hanya bisa menebak-nebak.

Coba lihat bukti yang sudah terkuak di depan mata. Bukti itu adalah hubungan yang terjalin antara Antasari Azhar dengan seorang caddy.

Meskipun hubungan tersebut belum begitu jauh - setidaknya bukti-bukti menunjukkan demikian- namun rasanya tak pantas bila seorang Ketua KPK melakukan hubungan seperti itu. Terlebih dia seorang Muslim.

Kasus mi membuktikan bahwa ia, secara moril, sesungguhnya belum siap menerima jabatan itu. Kita -Iebih tepatnya Wakil-wakil kita yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat - rupanya telah salah memilih orang.

Lalu, …
Tak akan lama lagi wajah Dewan Perwakilan Rakyat kita akan berganti. Sejumlah artis -juga pelawak-telah bersiap-siap berganti “baju”. Jika sebelumnya mereka Iebih banyak berprofesi sebagai penghibur, maka kelak mereka akan berprofesi sebagai pembahas sejumlah peraturan dan perundang-undangan yang akan diberlakukan di negara ini.

Jumlah mereka lebih banyak ketimbang periode sebelumnya. Data mencatat, bila di tahun 2004 hanya ada lima dari sekitar 25 artis calon anggota legislatif (caleg) yang melenggang ke Senayan, sekarang ada 15 dari 70-an artis caleg yang terpilih menjadi anggota DPR.

Mengapa mereka bisa melenggang ke Senayan? Mengapa Imam masjid di dekat rumah kita
-yang setiap Shubuh tak pernah telat datang ke masjid dan kuat menjalankan hukum-hukum syariat - tak ikut melenggang ke Senayan? Apakah para artis itu Iebih mulia ketimbang dia?

Jawabnya karena kita lebih banyak menghabiskan waktu menyimak ocehan sang artis di layar kaca ketimbang menyimak nasehat-nasehat sang imam di masjid.

Ah, jangan-jangan kita juga telah salah memilih orang.

Kemudian, ...
Sejak awal hingga pertengahan Mei lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyembunyikan sebuah rahasia dalam saku bajunya. Rahasia itu, apalagi kalau bukan nama calon wakil presiden yang akan mendampinginya dalam ajang kompetisi paling akbar di negeri ini, pilpres 2009.

Rahasia itu seharusnya tetap tersimpan rapi hingga 15 Mei jika tidak dibeberkan oleh Ketua Dewan Sura Partai Keadilan Sejahtera, Hilmi Aminuddin, tiga hari sebelumnya. Kata Hilmi kepada wartawan, nama sang calon presiden itu adalah Boediono, mantan Menteri Keuangan yang sekarang menjabat Gubernur Bank Indonesia.

Benar saja, pada 15 Mei, nama Boediono resmi dipilih oleh SBY sebagai pendampingnya. Publik pun bereaksi. Ada yang pro, tak sedikit yang kontra.

Boediono memang dianggap berhasil memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia di awal masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Namun, banyak pula yang mengkritik kedekatan Boediono dengan IMF (badan keuangan dunia yang sangat dikendalikan oIeh Amerika Serikat) dan pandangannya yang neoliberalisme (kebebasan era baru).

SBY dan Boediono adalah satu dari pasangan yang akan berlaga di pilpres 2009 mendatang. Masih ada dua pasangan lagi, yaitu Jusuf Kalla dan Wiranto, serta Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Yang mana yang akan kita pilih?

Ya Allah, jauhkanlah kami dari kesalahan-kesalahan sebagaimana telah Engkau jauhkan antara Timur dengan Barat.

0 Komentar:

Posting Komentar