Hari ini, Jumat, 3 Oktober 2014, jamaah haji di Arab Saudi akan melaksanakan ibadah wuquf di Arafah sebagai rangkaian ibadah haji yang dilakukan di bulan Dzulhijjah 1435 Hijriyah tahun ini. Itu berarti hari ini menurut versi pemerintah Arab Saudi adalah tanggal 9 Dzulhijjah 1435 H,  karena memang sudah ketentuan dalam Islam bawah pelaksanaan wukuf dilakukan setiap tanggal 9 Dzulhijjah. Selanjutnya, besok adalah Hari Raya Idul Adha 1435 H, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah, hari Sabtu, 4 Oktober 2014. Ini menurut pemerintah Arab Saudi.

Akan tetapi, pemerintah Indonesia berlainan dengan pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Indonesia menetapkan bahwa hari raya Idul Adha tahun ini pada tanggal 5 Oktober 2014, yakni hari Ahad. Bagi masyarakat muslim Indonesia yang tidak melaksanakan ibadah haji di Mekkah, hal ini menimbulkan dua pilihan apakah mengikuti pemerintah Arab Saudi atau pemerintah Indonesia. 

bulan


Selanjutnya yang jadi masalah juga adalah kapan melaksanakan puasa sunnat arafah. Sebab dengan puasa Arafah ini kaum muslimin berharap ganjaran berupa pengampunan dosa selama setahun lamanya. Nah, apakah puasa Arafah bagi kita yang di Indonesia berdasarkan pemerintah Arab Saudi atau pemerintah Indonesia.

Sebelumnya saya telah membaca status fb dari Ustadz Arifin Ilham tentang hal ini. Beliau memutuskan untuk melaksanakan ibadah puasa sunnah arafah hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2014, dan Idul Adha nya dirayakan hari Ahad 5 Oktober 2014. Berikut posting dari Ustadz Arifin Ilham tanggal 1 Oktober 2014 saya copas:

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. Perbedaan mathla' tempat terbitnya hilal maka terjadilah perbedaan waktu ibadah, puasa, Idul Fitri dan Idul Adha. Sangat wajar terjadi perbedaan negeri kita tercinta ini dg negeri lain. Demikian pula perbedaan penafsiran puasa Arafah, apakah puasa saat wukuf bg yg tdk berhaji atau Hari Arafah yg jatuh tanggal 9 Dzulhijjah. Sahabatku perdebatan perbedaan para ulama yg semua faqih, alim dan sangat sholeh menunjukkan keluasan, kedalaman dan kemuliaan Islam, yang terpenting adalah menyikapi perbedaan itu. Toh semua hasil ijtihad dari para fuqoha ulama itu juga bernilai pahala. Dari ‘Amru bin Al-‘Aash, Rasulullah bersabda: “Apabila seorang hakim menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan benar, baginya dua pahala. Dan apabila ia menghukumi satu perkara, lalu berijtihad dan keliru, baginya satu pahala” (HR Al-Bukhari 13/268 dan Muslim no. 1716). Setelah bermusyawarah dg Dewan Syariah Majlis Az Zikra hasil keputusan semua sama mengikuti keputusan MUI dan Pemerintah yg bergabung di dalamnya para jumhur fuqoha ulama. InsyaAllah abang puasa arafahnya hari Sabtu, krn berita gembira dari Rasulullah, "Puasa hari Arofah aku berharap kepada Allah agar penebus (dosa) setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya" (HR Muslim no 197). Dan berlebaran Idul Adha hari ahad. Kalau sahabat FBku berbeda pendapat i love you karena Allah. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan selalu tautkan hati kita saling cinta selalu karena Allah...aamiin.

Banyak komentar yang diberikan oleh facebooker pada status beliau tersebut. Sehingga selanjutnya Ustadz Arifin Ilham juga memberikan komentar penjelasan lebih lanjut, diantaranya berbunyi: 

Penetapan Idul Adha antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi berbeda. Potensi masalah yang bakal muncul adalah, pelaksanaan puasa Arafah (9 Zulhijah).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tidak bingung dan konsisten jika merujuk pada ketetapan pemerintah.
Pemerintah Indonesia melalui sidang isbat 24 September lalu menetapkan Idul Adha 2014 (10 Zulhijah) jatuh pada Minggu, 5 Oktober. Sehingga puasa Arafah dilaksanakan pada Sabtu, 4 Oktober.
Umumnya puasa Arafah ini dikenal masyarakat sebagai ibadah yang berbarengan dengan kegiatan wukuf jamaah haji di Arab Saudi.
Potensi masalah muncul ketika pemerintah Saudi melalui ummul qura menetapkan Idul Adha 2014 jatuh pada Sabtu, 4 Oktober. Sedangkan wukuf di Padang Arafah dilaksanakan pada Jumat, 3 Oktober.
Itu artinya ketika masyarakat Indonesia, yang merujuk keputusan pemerintah, menjalankan puasa Arafah pada Sabtu, 4 Oktober, jamaah haji di Saudi sudah melaksanakan wukuf. Jadi tidak ada kecocokan hari antara puasa Arafah versi pemerintah Indonesia dengan pelaksanaan wukuf di Padang Arafah.
MUI mencoba menengahi potensi polemik itu. Pimpinan MUI pusat Anwar Abbas mengatakan, patokan pelaksanaan puasa Arafah itu adalah dilaksanakan pada 9 Zulhijah.
"Apakah itu 9 Zulhijah-nya jatuh pada 3 Oktober atau 4 Oktober, mengacu pada keputusan yang dipilih masyarakat masing-masing," jelas dia kemarin.
Ketika masyarakat berkeyakinan atau mengikuti keputusan pemerintah bahwa Idul Adha (10 Zulhijah) jatuh pada Minggu, 5 Oktober, maka tetap melaksanakan puasa Arafah pada Sabtu, 4 Oktober. Masyarakat tidak perlu risau, meski pada 4 Oktober itu jamaah haji sudah selesai menjalankan wukuf.
Dia menegaskan bahwa pelaksanaan puasa Arafah bukan ibadah puasa yang mengacu pada pelaksanaan wukuf. Tetapi ibadah puasa yang dilaksanakan setiap 9 Zulhijah. Abbas memberikan contoh ekstrim. Misalnya di Makkah, khususnya di Arafah terjadi bencana alam besar sampai-sampai wukuf tidak bisa dilaksanakan.
"Kalau itu terjadi, apakah kita lantas tidak puasa Arafah? Ya kita tetap puasa Arafah. Karena puasa Arafah tidak terkait dengan pelaksanaan wukuf," jelasnya.

Selain dari Ustadz Arifin Ilham, saya juga membaca tulisan ustadz Ahmad Sarwat, LC, MA di rumahfiqih.com yang mengutip fatwa resmi ulama kerajaan Saudi Arabia:

Salah satu ulama besar di Saudi adalah Syeikh Al-Ustaimin rahimahullah. Berikut petikannya :

وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة

Begitu juga bila ditetapkan hasil rukyat negara itu tertinggal dari Mekkah, sehingga tanggal 9 di Mekkah menjadi tanggal 8  di negara itu, maka penduduk negara itu puasanya pada tanggal 9 menurut negara itu, walaupun itu berarti sudah tanggal sudah tanggal 10 di Mekkah. (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin)

Selengkapnya bisa dilihat di alamat rumahfiqih.com

Awalnya saya ingin mengikuti pemerintah Arab Saudi (dan juga biasanya Muhammadiyah) untuk merayakan Idul Adha tanggal 4 Oktober 2014. Namun nampaknya hal itu berubah setelah pagi ini membaca tulisan yang saya jadikan status fb pagi ini

Hajj date is not changed, but Saudi Arabian authorities have positively declared that our pilgrims must celebrate Wuquf at Arafat on the 8th day of Dhul-Hijjah, which means on 3rd October. Eid is to be celebrated on the 9th day, 4th October. In endorsing these dates (based on false testimony) they confirm their deeply rooted contempt both for Science and for Sharia. We vouch for this before God and before men.

Previous Announcement was "Hajj (9th of Dhul-Hijjah) is Friday, Oct 3, 2014 and Eid al-Adha (10th of Dhul-Hijjah) is Saturday, Oct 4, 2014."


Tulisan itu saya dapatkan dari alamat website yang saya copykan di dua baris terakhir. Tulisan itu jika diterjemahkan dengan bantuan google translate berbunyi:

Update pada 1 Oktober: Tanggal haji tidak berubah, tapi pemerintah Arab Saudi telah positif menyatakan bahwa peziarah kita harus merayakan Wuquf di Arafah pada tanggal 8 Zulhijah, yang berarti pada 3 Oktober. Eid harus dirayakan pada hari 9, 4 Oktober. Dalam mendukung tanggal tersebut (berdasarkan kesaksian palsu) mereka mengkonfirmasi penghinaan mereka berakar baik untuk Sains dan Syariah. Kami menjamin hal ini di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

Selain itu, saya juga membuka website http://www.crescentwatch.org/cgi-bin/cw.cgi dan menemukan tulisan:

Announcements 

Dhu al-Hijjah begins (Eid al-Adha to be on Sun., Oct. 5)

Crescentwatch has confirmed that the new crescent moon (hilal) of Dhul-Hijjah has been sighted on Thursday evening (Sept. 25th) at numerous locations around the globe including California, Virginia, and throughout the U.S..  Along with the completion of 30 days of Dhu al-Qidah, this marks the beginning of the sacred month of Dhu al-Hijjah, with its first day on Friday, Sept. 26th.

We will thus observe the blessed day of Eid al-Adha (the 10th of Dhu al-Hijjah) on Sunday, October 5th, insha'Allah.

The first ten days of Dhu al-Hijjah are considered to be among the holiest days of the entire year. May Allah make this blessed month a source of benefit, enrichment, and closeness to Allah, Most High.

Crescentwatch.org adheres to the traditional principal that Islamic lunar months begin and end based on the confirmed, verifiable, naked-eye sighting of the new crescent moon.

Last Updated: September 25, 2014  21:11 MDT 
Posted: September 25, 2014  21:03 MDT

Berdasarkan hal itu, saya pun menetapkan untuk mengikuti keputusan pemerintah Republik Indonesia untuk melaksanakan sholat Idul Adha 1435 H hari Minggu atau hari Ahad tanggal 5 Oktober 2014 insya Allah. Berikutnya untuk puasa Arafah pada besok hari insya Allah, Sabtu 4 Oktober 2014.


6 Komentar:

  1. Keluarga kami juga lebaran hari ahad. namun sekarang di yogyakarta ada gerhana bulan. bagaimanakah penjelasannya bagi kami orang awam? karena kalau dihitung, sekarang, rabu, tanggal 13 dzulhijah. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. gerhana bulan hari ini Rabu 8 Oktober 2014 kalau tidak salah bisa disaksikan di seluruh dunia. dan itu tidak ada hubungannya dengan penanggalan dzulhijah, bisa terjadi di bulan yang lain, tidak mesti tanggal 13. nah kalo purnama coba saja perhatikan tanggal berapa oktober?

      Hapus
    2. gerhana bulan selalu terjadi pada bulan purnama karena matahari bumi bulan terletak segaris, karena sinodis bulan 29.53 hari maka purnamanya 14,76 hari, mustinya gerhana terjadi pada tanggal 14 malam 15, kalo 10 dzulhijah jatuh pada hari ahad mustinya gerhananya pada kamis malam jum'at, mana yang betul? wallahua'lam .

      Hapus
    3. bisa minta referensinya yg menyebutkan bahwa gerhana bulan selalu terjadi pada bulan purnama?

      Hapus
  2. Rabu tanggal 8 Oktober malam kamis sudah tanggal 14 Zulhijjah, bisa dicek pada keterangan kalender 2014 terbitan Menara Kudus

    BalasHapus